Health

Dari Mitos ke Fakta: Memahami Epilepsi Bersama dr. Tan Yosefin, Sp.N

logo author

Ditulis Oleh

Admin12 Desember 2025

BAGIKAN
artikel feature image

Epilepsi sering kali masih diselimuti mitos: dikira kutukan, karma, bahkan sesuatu yang menular. Tak jarang, orang menjauh saat melihat seseorang kejang karena takut “tertular” atau merasa kejang adalah hal yang mengerikan. Padahal secara medis, epilepsi adalah gangguan pada aktivitas listrik di otak, bukan karena hal mistis, dan sama sekali tidak menular melalui sentuhan. Justru stigma dan salah paham dari lingkungan sering menjadi beban terbesar bagi penyandang epilepsi. Mereka bukan perlu dijauhi, melainkan didukung, diberi pertolongan pertama yang tepat, dan diterima dengan wajar.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Anak dari Cacingan: Deteksi Dini dan Pencegahan yang Tepat

Apa itu Epilepsi?

Epilepsi adalah suatu gangguan pada otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang berulang yang tidak diprovokasi. Artinya, kejang muncul bukan hanya sekali dan bukan semata-mata karena faktor pemicu sementara seperti demam tinggi atau gangguan metabolik. Saat kejang terjadi, aktivitas listrik di otak menjadi tidak teratur dan berlebihan, sehingga memunculkan gejala seperti kejang seluruh tubuh, pandangan kosong, tersentak-sentak, atau tiba-tiba melamun dan tidak responsif beberapa detik. Tipe kejang bisa berbeda pada setiap orang, sehingga penting diperiksa dan dinilai oleh dokter spesialis saraf.

Penyebab Epilepsi

Penyebab epilepsi cukup beragam dan tidak selalu bisa diketahui dengan pasti. Secara garis besar, kejang yang berkaitan dengan epilepsi dan kondisi lain dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

a. Kejang Epileptik

Kejang epileptik terjadi karena adanya gangguan listrik di otak yang bersifat kronis atau berulang. Penyebabnya bisa karena kelainan struktur otak (misalnya bekas stroke, trauma kepala, tumor, cacat bawaan), infeksi otak (seperti meningitis atau ensefalitis), penyakit genetik, ataupun faktor lain yang mengubah fungsi sel-sel saraf. Pada epilepsi, otak menjadi lebih “sensitif” sehingga lebih mudah memicu kejang. Inilah yang dimaksud epilepsi sebagai suatu penyakit, bukan sekadar kejadian kejang sekali saja.

b. Kejang Non Epileptik

Tidak semua kejang berarti epilepsi. Ada kejang non epileptik yang tampak mirip dari luar, tetapi bukan disebabkan gangguan listrik otak. Contohnya adalah kejang karena pingsan berat, gangguan psikologis tertentu (psikogenik), kelainan jantung, atau kondisi lain yang membuat otak kekurangan oksigen sementara. Penanganannya berbeda, sehingga dokter perlu melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, dan bila perlu pemeriksaan penunjang seperti EEG (rekaman aktivitas listrik otak) dan MRI untuk memastikan penyebabnya.

c. Kejang yang Diprovokasi

Kejang jenis ini muncul karena ada pemicu yang jelas dan bersifat sementara, misalnya demam tinggi pada anak (kejang demam), gula darah sangat rendah, gangguan elektrolit, keracunan, putus alkohol, atau obat-obatan tertentu. Orang yang mengalami kejang jenis ini belum tentu mengidap epilepsi. Jika pemicunya diatasi dan tidak muncul lagi, kejang bisa tidak terulang. Namun, pada beberapa kasus, kejang yang diprovokasi dapat berkembang menjadi epilepsi bila terjadi kerusakan otak yang menetap.

Pengobatan Epilepsi

Pengobatan epilepsi bertujuan untuk mengendalikan kejang sehingga pasien dapat beraktivitas dengan aman dan produktif. Dijelaskan bahwa terapi utama adalah obat anti kejang yang diminum secara rutin sesuai anjuran dokter spesialis saraf; pemilihan jenis dan dosis obat disesuaikan dengan usia, tipe kejang, dan kondisi masing-masing pasien. Sangat penting untuk tidak menghentikan obat sendiri ketika merasa “sudah jarang kejang”, karena hal ini justru dapat memicu kejang berulang. Pada sebagian kasus yang tidak membaik dengan obat, dapat dipertimbangkan pilihan lain seperti tindakan operasi atau terapi khusus tertentu, setelah melalui evaluasi menyeluruh oleh dokter. Selain itu, pasien juga dianjurkan menjaga pola hidup sehat, cukup tidur, mengelola stres, serta menghindari pemicu kejang. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan keluarga, sebagian besar penyandang epilepsi dapat hidup normal dan beraktivitas seperti orang lain.

 

Baca Juga: Operasi Hernia Kini Lebih Presisi dengan Teknologi Robotik di Tzu Chi Hospital

Kapan harus ke dokter?

Segera periksakan diri ke dokter, terutama dokter spesialis saraf, bila Anda atau keluarga mengalami kejang untuk pertama kali, kejang berulang, kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit, atau kejang yang muncul beruntun tanpa benar-benar sadar di antaranya. Pemeriksaan juga sangat penting bila setelah kejang penderita tampak bingung berkepanjangan, sulit bicara, mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh, sakit kepala hebat, atau sampai mengalami cedera karena terjatuh dan terbentur.

Di Tzu Chi Hospital, layanan Pengobatan Stroke dan Bedah Saraf menyediakan penanganan menyeluruh untuk berbagai penyakit saraf, mulai dari stroke, tumor otak, epilepsi, Parkinson’s, hingga saraf kejepit di tulang belakang.

Dengan dukungan teknologi canggih seperti MRI 3 Tesla dan Hybrid Operating Theater pertama di Indonesia, serta tim dokter spesialis bedah saraf berpengalaman, pasien akan mendapatkan diagnosis akurat dan pilihan terapi yang tepat, baik melalui operasi mikro, operasi minimal invasif, hingga terapi radiasi modern.

Untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang sesuai dengan waktu luang, Anda dapat memeriksa jadwal praktik dokter spesialis kami di menu Cari Dokter.

Jika kondisi darurat terjadi, layanan IGD 24 Jam Tzu Chi Hospital selalu siap membantu. Anda juga dapat menghubungi Call Center Tzu Chi Hospital untuk membuat janji temu dengan dokter.

Topik


Related Article

Topik Terkini



VIDEOS