Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit
10 Alat Kemoterapi: Chemoport, Kanula, hingga Portacath
Ditulis Oleh
Admin TzuChi • 14 Oktober 2025

Dalam proses kemoterapi, peran alat kemoterapi sangat penting karena membantu dokter memberikan obat kemoterapi infus langsung ke dalam tubuh pasien dengan lebih aman dan efektif.
Kemoterapi adalah salah satu metode pengobatan kanker yang paling sering digunakan. Namun, banyak pasien dan keluarga masih bertanya-tanya, apakah kemoterapi bisa menyembuhkan kanker?
Untuk menjawabnya, mari kita pahami lebih dalam tentang alat kemoterapi, jenisnya, serta manfaatnya di bawah ini.
Apa Itu Alat Kemoterapi?
Alat kemoterapi adalah perangkat medis yang digunakan untuk mempermudah pemberian obat kanker ke dalam pembuluh darah. Dengan alat ini, pasien tidak perlu berulang kali ditusuk jarum setiap kali menjalani terapi, terutama bila harus menjalani kemoterapi 6 siklus atau lebih.
Selain membuat pengobatan lebih nyaman, alat kemoterapi juga meminimalisir risiko infeksi, memastikan dosis obat masuk dengan tepat, dan membantu pasien menjalani pengobatan dengan lebih tenang.
Apa Saja Alat Kemoterapi yang Sering Digunakan?
Berikut beberapa alat kemoterapi yang umum digunakan di rumah sakit, termasuk di Tzu Chi Hospital yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya.
Alat Akses Vena
Alat-alat ini digunakan untuk memasukkan obat kemoterapi ke dalam pembuluh darah pasien. Pemilihan alat tergantung pada durasi dan jenis terapi yang dibutuhkan.
1. Chemoport/Portacath

Chemoport atau Port Kemoterapi
Ini adalah alat kecil berbentuk bulat yang ditanam di bawah kulit, biasanya di area dada. Alat ini memudahkan akses langsung ke pembuluh darah besar tanpa harus menusuk vena berulang kali.
Perlu diingat bahwa pemasangan chemoport bisa memiliki efek samping seperti nyeri, memar, atau infeksi.
2. Kateter Vena Sentral Perifer (PICC)
.webp)
Kateter Vena Sentral Perifer (PICC)
PICC adalah selang tipis yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lengan hingga mencapai vena besar di dekat jantung. Alat ini efektif untuk pasien yang harus menjalani kemoterapi infus dalam waktu lama.
3. Kateter Vena Sentral (CVC)
.jpeg)
Kateter Vena Sentral (CVC) | Sumber: Asia Connection
Mirip dengan PICC, CVC adalah selang yang dimasukkan ke vena besar di leher, dada, atau selangkangan. Alat ini sering digunakan untuk terapi jangka panjang atau saat infus cepat diperlukan.
4. Kanula (Infus)

Kanula
Kanula adalah jarum kecil fleksibel yang ditempatkan di pembuluh vena di tangan atau lengan. Alat ini biasanya dipakai untuk terapi jangka pendek.
Namun, jika pasien harus menjalani terapi berulang, penggunaan kanula bisa terasa kurang nyaman karena perlu diganti setiap beberapa hari.
Alat Pemberian Obat
Setelah akses vena terpasang, alat-alat ini membantu mengatur aliran dan dosis obat kemoterapi dengan tepat.
5. Infusion Pump

Infusion Pump | Sumber: Healthy Jeena Sikho
Pompa infus adalah alat elektronik yang secara otomatis mengatur laju aliran obat, memastikan dosis yang akurat dan konsisten selama durasi terapi.
6. Syringe Pump

Syringe Pump | Sumber: Fyrom International
Mirip dengan pompa infus, tetapi khusus digunakan untuk menyalurkan obat dari spuit (jarum suntik) dengan dosis kecil dan kecepatan yang sangat terkontrol.
7. Elastomeric Pump

Elastomeric Pump | Sumber: Spirit Medical
Ini adalah alat yang tidak memerlukan listrik, sering disebut "balon kemo." Pompa ini menggunakan tekanan dari selang elastis untuk menyalurkan obat dengan laju aliran yang stabil, sangat berguna untuk pasien yang menjalani terapi rawat jalan.
Alat Pendukung Keamanan
Keamanan adalah prioritas utama dalam kemoterapi. Alat-alat ini dirancang untuk melindungi pasien, tenaga medis, dan lingkungan dari risiko paparan zat sitotoksik.
8. Biological Safety Cabinet (BSC)
.png)
Biological Safety Cabinet (BSC)
BSC adalah lemari khusus yang berfungsi sebagai area kerja steril untuk menyiapkan obat-kemoterapi. Alat ini melindungi petugas farmasi dari uap atau partikel berbahaya, sekaligus menjaga obat tetap steril.
9. Closed System Drug-transfer Device (CSTD)
.webp)
Closed System Drug-transfer Device (CSTD)
CSTD adalah sistem sekali pakai yang berfungsi untuk mencegah kebocoran atau paparan zat sitotoksik saat obat dipindahkan dari satu wadah ke wadah lain.
10. Kontainer Limbah Sitotoksik

Kontainer Limbah Sitotoksik
Limbah dari kemoterapi, seperti botol, spuit, atau sarung tangan, harus dibuang dalam kontainer khusus. Kontainer ini dirancang untuk menampung limbah berbahaya dengan aman dan mencegah kontaminasi.
Memahami berbagai alat ini dapat membantu Anda lebih siap dan tenang menjalani atau mendampingi proses kemoterapi. Jika ada pertanyaan lebih lanjut tentang alat atau proses kemoterapi, jangan ragu untuk bertanya pada tim medis Anda.
Baca Juga: Kemoterapi: Prosedur & 5 Efek Sampingnya pada Pengobatan
Kapan Harus ke Dokter?
Segera temui dokter bila Anda atau keluarga yang sedang menjalani kemoterapi mengalami gejala seperti:
- Demam tinggi atau menggigil
- Rasa nyeri hebat di area pemasangan alat kemoterapi
- Perubahan warna kulit, bengkak, atau keluar cairan di sekitar luka
- Efek samping kemoterapi yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Jangan ragu untuk berkonsultasi sejak awal. Dokter akan membantu memilihkan alat kemoterapi yang sesuai, menjelaskan manfaat serta risikonya, hingga memberikan informasi mengenai harga alat chemoport sesuai kebutuhan pasien.
Tzu Chi Hospital Hadir untuk Mendampingi Perjalanan Pengobatan Kanker
Apakah Anda atau keluarga sedang menjalani pengobatan kanker dan merasa khawatir dengan prosedur kemoterapi? Tzu Chi Hospital hadir untuk memberikan perawatan menyeluruh dengan teknologi medis terkini dan pelayanan penuh kasih.
Di sini, kami memahami bahwa setiap pasien memiliki perjalanan unik dalam melawan kanker. Dengan dukungan dokter spesialis berpengalaman, fasilitas modern, serta pendekatan yang humanis, kami berkomitmen untuk memberikan harapan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi setiap pasien.
Yuk, jangan tunda untuk periksa lebih lanjut. Anda bisa langsung cari dokter di menu Cari Dokter, tersedia juga fasilitas IGD 24 Jam, atau Hubungi via WhatsApp untuk konsultasi segera.
Artikel ini telah ditinjau oleh Dr. Rajesh Kalwani, Sp.PD-KHOM, FINASIM





