Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit

Aritmia Jantung: Gejala, Diagnosis, Penyebab, & Pencegahannya

logo author

Ditulis Oleh

Admin TzuChi17 September 2025

BAGIKAN
artikel feature image

Aritmia adalah kondisi gangguan irama jantung yang membuat detak terasa tidak beraturan bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur sama sekali.

Banyak orang bertanya-tanya, apakah aritmia berbahaya bagi kesehatan jantung? Kondisi ini memang perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangan

Kondisi ini dapat dialami siapa saja, mulai dari usia muda hingga lanjut, dan tingkat bahayanya bervariasi tergantung jenisnya. 

Memahami aritmia sejak dini dapat membantu Anda untuk mencegah komplikasi serius, dan oleh karena itu, mari kita simak penjelasan lebih lengkapnya melalui artikel di bawah ini.

Apa Itu Aritmia?

aritmia adalah

Aritmia jantung adalah gangguan yang membuat ritme detak jantung menjadi tidak teratur, bisa terlalu cepat, lambat, atau dengan pola yang tidak konsisten.

Normalnya, jantung berdetak 60–100 kali per menit dalam irama teratur. 

Pada aritmia, irama tersebut terganggu sehingga memengaruhi kinerja jantung dalam memompa darah. Kondisi ini bisa ringan tanpa gejala, atau berat hingga mengancam nyawa.

Kondisi ini muncul akibat terganggunya sinyal listrik yang mengatur kerja jantung. Ada berbagai jenis aritmia, seperti takikardia (detak jantung cepat), bradikardia (detak lambat), dan fibrilasi atrium (denyut tidak beraturan di atrium).

Jenis Aritmia

jenis aritmia
Jenis Aritmia | Sumber: Heartology Cardiovascular Hospital

Secara umum, aritmia dibagi menjadi dua kelompok besar: bradikardia (detak jantung lambat, kurang dari 60 kali per menit) dan takikardia (detak jantung cepat, lebih dari 100 kali per menit). 

Namun, di dalamnya masih ada beberapa jenis aritmia lain yang sering dijumpai pada pasien, baik dengan maupun tanpa riwayat penyakit jantung. Berikut penjelasannya:

1. Premature Atrial Contractions (PAC)

Premature Atrial Contractions (PAC)
Premature Atrial Contractions (PAC) | Sumber: Patrick McMurray

PAC adalah denyut tambahan yang muncul lebih awal dari irama normal dan berasal dari atrium, yaitu ruang atas jantung. 

Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan sering kali tidak memerlukan pengobatan khusus. Banyak orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka pernah mengalaminya.

2. Premature Ventricular Contractions (PVC)

Premature Ventricular Contractions (PVC)
Premature Ventricular Contractions (PVC)

PVC adalah “denyut lompat” yang berasal dari ventrikel (ruang bawah jantung) dan menjadi salah satu bentuk aritmia paling umum. PVC dapat dialami oleh orang sehat maupun penderita penyakit jantung. 

Faktor pemicunya antara lain stres, konsumsi kafein atau nikotin berlebihan, olahraga berlebihan, gangguan elektrolit, atau penyakit jantung. 

Sebagian besar kasus tidak berbahaya, tetapi jika sering terjadi atau menimbulkan gejala, evaluasi oleh dokter jantung sangat dianjurkan.

3. Fibrilasi Atrium (Atrial Fibrillation/AF)

Fibrilasi Atrium (Atrial Fibrillation/AF)
Fibrilasi Atrium (Atrial Fibrillation/AF) | Sumber: Cadence Heart Centre

AF terjadi ketika atrium berkontraksi secara cepat dan tidak teratur. Akibatnya, aliran darah dalam jantung tidak lancar, sehingga meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah yang dapat memicu stroke. 

AF adalah salah satu jenis aritmia yang paling sering ditemui di klinik maupun rumah sakit.

4. Atrial Flutter

Atrial Flutter
Atrial Flutter

Atrial flutter merupakan aritmia akibat adanya sirkuit listrik yang cepat dan teratur di atrium. Irama ini biasanya lebih “terorganisir” dibanding fibrilasi atrium, tetapi tetap dapat menimbulkan keluhan dan risiko yang serupa. 

Atrial flutter sering ditemukan pada penderita penyakit jantung atau pasien pascaoperasi jantung, dan kadang berubah menjadi fibrilasi atrium.

5. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia (PSVT)

Paroxysmal Supraventricular Tachycardia (PSVT)
Paroxysmal Supraventricular Tachycardia (PSVT)

PSVT adalah detak jantung yang sangat cepat dan biasanya berirama teratur, berasal dari bagian atas ventrikel. Kondisi ini bisa dimulai dan berakhir tiba-tiba.

Ada dua mekanisme utama:

  • Accessory pathway tachycardia: jalur listrik tambahan antara atrium dan ventrikel yang membuat sinyal listrik berputar lebih cepat dari normal.

  • AV nodal reentrant tachycardia: adanya dua jalur di sekitar simpul AV yang memungkinkan sinyal “berputar” dan memicu detak cepat. PSVT bisa menyebabkan jantung berdebar hebat, pusing, bahkan pingsan.

6. Ventricular Tachycardia (V-Tach)

Ventricular Tachycardia (V-Tach)
Ventricular Tachycardia (V-Tach) | Sumber: Meri Sehat

V-Tach adalah detak cepat yang berasal dari ventrikel. Karena waktunya terlalu singkat, jantung tidak sempat terisi darah dengan cukup, sehingga volume darah yang dipompa ke tubuh berkurang drastis. 

V-Tach sering kali menjadi tanda adanya masalah serius, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit jantung.

7. Ventricular Fibrillation (V-Fib)

Ventricular Fibrillation (V-Fib)
Ventricular Fibrillation (V-Fib)

V-Fib adalah kondisi darurat medis yang ditandai irama listrik ventrikel yang sangat kacau. Akibatnya, jantung tidak lagi memompa darah secara efektif. 

Tanpa pertolongan segera berupa resusitasi jantung-paru (CPR) dan defibrilasi, kondisi ini dapat berakibat fatal dalam hitungan menit.

8.  Aritmia Reperfusi

Aritmia Reperfusi
Aritmia Reperfusi

Aritmia reperfusi adalah gangguan irama jantung yang terjadi ketika aliran darah kembali meningkat ke otot jantung setelah periode kekurangan darah atau iskemia, umumnya setelah prosedur membuka penyumbatan pembuluh darah seperti intervensi koroner perkutan. 

Gejala Aritmia

Gejala Aritmia

Banyak pasien bertanya apa yang dirasakan saat aritmia kambuh. Gejalanya bisa berupa jantung berdebar, pusing, sesak napas, atau bahkan pingsan mendadak.

Aritmia terkadang tidak menimbulkan tanda-tanda yang terasa oleh penderitanya. Dalam beberapa kasus, kondisi ini baru terdeteksi ketika dokter melakukan pemeriksaan fisik.

Misalnya, dengan mendengarkan irama jantung menggunakan stetoskop atau melalui pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang mencatat aktivitas listrik jantung.

Perlu diingat, aritmia tidak hanya menyerang kelompok usia lanjut. Anak muda pun memiliki risiko mengalami gangguan irama jantung, yang bila dibiarkan dapat memicu komplikasi serius bagi kesehatan secara keseluruhan.

Ada sejumlah gejala yang kerap muncul pada penderita aritmia, di antaranya:

1. Palpitasi atau Jantung Berdebar Kencang

Palpitasi adalah sensasi ketika jantung berdetak lebih cepat, kuat, atau tidak teratur, seolah berdegup kencang di dalam dada. 

Kondisi ini bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit, dan sering kali membuat penderitanya merasa cemas. 

Palpitasi dapat muncul saat seseorang sedang beristirahat maupun beraktivitas, dan terkadang disertai rasa tidak nyaman yang membuat sulit berkonsentrasi.

2. Sensasi Pukulan di Dada

Sebagian penderita aritmia merasakan seperti ada hentakan atau pukulan di dada yang terjadi tiba-tiba. 

Sensasi ini biasanya muncul akibat perubahan irama jantung yang mendadak, baik menjadi terlalu cepat maupun terlalu lambat. 

Meskipun sering kali hanya berlangsung singkat, rasa ini bisa cukup mengganggu dan memicu kekhawatiran pada penderita.

3. Pusing atau Kepala Terasa Ringan

Aritmia dapat memengaruhi suplai darah ke otak, sehingga menimbulkan sensasi pusing atau kepala terasa ringan. 

Kondisi ini sering kali terjadi bersamaan dengan jantung berdebar atau sesaat setelah aktivitas fisik. 

Pada beberapa kasus, rasa pusing ini membuat penderita harus berhenti beraktivitas untuk menenangkan diri dan memulihkan keseimbangan tubuh.

4. Pingsan atau Kehilangan Kesadaran

Pada aritmia yang cukup parah, gangguan irama jantung dapat menyebabkan penurunan aliran darah secara drastis, sehingga penderita tiba-tiba pingsan. 

Kehilangan kesadaran ini biasanya hanya berlangsung sebentar, tetapi berisiko menyebabkan cedera jika terjadi saat penderita sedang berdiri atau beraktivitas. 

Kondisi ini memerlukan pemeriksaan medis segera untuk mengetahui penyebab pastinya.

5. Sesak Napas atau Pernapasan Pendek

Gangguan irama jantung juga dapat membuat seseorang merasa sulit bernapas atau mengalami sesak napas. 

Gejala ini biasanya muncul karena jantung tidak mampu memompa darah secara efisien, sehingga pasokan oksigen ke tubuh menjadi berkurang. Sesak napas akibat aritmia bisa muncul tiba-tiba, baik saat beraktivitas maupun beristirahat.

6. Rasa Tidak Nyaman di Dada

Penderita aritmia sering kali melaporkan adanya rasa tidak nyaman, tertekan, atau nyeri di area dada. Sensasi ini dapat muncul bersamaan dengan jantung berdebar atau bahkan saat detaknya terasa lambat. 

Meskipun tidak selalu menandakan serangan jantung, gejala ini tetap perlu diwaspadai dan diperiksa oleh tenaga medis.

7. Lemah atau Mudah Lelah

Gangguan irama jantung membuat aliran darah ke seluruh tubuh tidak optimal, sehingga tubuh menjadi cepat lelah meskipun hanya melakukan aktivitas ringan. 

Beberapa penderita juga merasa lemas berkepanjangan tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini sering kali menjadi tanda bahwa jantung sedang bekerja lebih keras dari biasanya untuk mempertahankan fungsinya.

Penyebab Aritmia

penyebab aritmia
Penyebab Aritmia: Sleep Apnea Obstruktif

Untuk memahami risikonya, penting mengetahui apa penyebab dari penyakit aritmia. Faktor seperti kelainan listrik jantung, tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung bawaan dapat memicu gangguan irama ini. 

Hal ini dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu maupun kebiasaan hidup yang kurang sehat.

Faktor-faktor berikut adalah beberapa penyebab yang paling umum ditemukan pada penderita aritmia:

1. Ketidakseimbangan Kadar Elektrolit

Elektrolit seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium memiliki peran penting dalam menghantarkan impuls listrik yang mengatur kontraksi otot jantung. 

Ketika kadar elektrolit terlalu rendah atau terlalu tinggi, proses ini dapat terganggu sehingga detak jantung menjadi tidak stabil.

2. Gangguan Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) atau terlalu lambat bekerja (hipotiroidisme) dapat memengaruhi irama jantung. 

Perubahan hormon tiroid ini mampu membuat jantung berdetak lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan tidak teratur sama sekali.

3. Sleep Apnea Obstruktif

Gangguan tidur yang menyebabkan napas berhenti sementara saat tidur dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah. 

Kondisi ini memberi beban tambahan pada jantung dan meningkatkan risiko terjadinya aritmia.

4. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama dapat menyebabkan dinding bilik kiri jantung menebal dan menjadi kaku. Perubahan struktur ini mengganggu aliran sinyal listrik jantung, sehingga iramanya terganggu.

5. Diabetes

Kadar gula darah yang tidak terkontrol jugal dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Kerusakan ini berpotensi memicu terjadinya aritmia pada jangka panjang.

6. Penyakit Jantung dan Riwayat Operasi Jantung

Penyempitan pembuluh darah koroner, serangan jantung, kelainan katup jantung, gagal jantung, atau kerusakan otot jantung merupakan faktor risiko utama aritmia. Bekas jaringan dari operasi jantung juga dapat menghambat jalur listrik alami jantung.

7. Efek Samping Obat-Obatan

Untuk beberapa obat, termasuk obat batuk dan pilek yang tersedia bebas, mengandung bahan yang dapat mempercepat atau mengubah detak jantung sehingga memicu aritmia.

8. Penggunaan Narkoba

Zat terlarang yang memengaruhi sistem saraf, seperti narkotika atau stimulan, dapat mengganggu fungsi listrik jantung dan meningkatkan risiko irama jantung tidak normal.

9. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Minum alkohol dalam jumlah besar dapat memengaruhi sistem kelistrikan jantung dan mengakibatkan detaknya menjadi tidak beraturan.

10. Kafein atau Nikotin Berlebih

Kafein yang berasal dari kopi, teh, minuman energi, atau nikotin dari rokok dapat mempercepat detak jantung. Pada sebagian orang, efek ini cukup kuat untuk memicu aritmia.

Diagnosis Aritmia

diagnosis aritmia
Diagnosis Aritmia: ECG atau EKG (Elektrokardiogram)

Ketika seseorang menunjukkan gejala yang mengarah pada gangguan irama jantung atau aritmia, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan diagnosis sekaligus mencari tahu penyebabnya. 

Pemeriksaan ini membantu mengetahui seberapa parah gangguan irama jantung yang terjadi serta menentukan langkah penanganan yang tepat.

Berikut beberapa metode pemeriksaan yang umum dilakukan:

1. ECG atau EKG (Elektrokardiogram)

Elektrokardiogram adalah tes yang merekam aktivitas listrik jantung untuk mendeteksi adanya kelainan irama, ukuran, atau posisi jantung. 

Prosesnya cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit, biasanya dilakukan dengan menempelkan elektroda pada kulit di area dada, lengan, dan kaki.

Hasil EKG dapat membantu dokter menentukan apakah irama jantung pasien berada dalam kondisi normal atau tidak.

2. Stress Test

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kinerja jantung saat bekerja lebih keras, biasanya dengan berolahraga di treadmill atau sepeda statis. 

Tujuannya adalah melihat bagaimana irama jantung dan tekanan darah bereaksi terhadap aktivitas fisik.

Tes ini membantu dokter mendeteksi aritmia yang mungkin tidak muncul saat pasien sedang beristirahat.

3. Echocardiogram

Echocardiogram adalah pemeriksaan menggunakan gelombang suara (ultrasonografi) untuk menghasilkan gambar struktur jantung secara real-time. 

Tes ini memungkinkan dokter melihat kondisi katup, ruang, dan aliran darah jantung.

Selain itu, echocardiogram juga membantu menilai seberapa baik jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

4. Kateterisasi Jantung

Kateterisasi jantung merupakan prosedur medis invasif yang dilakukan dengan memasukkan selang tipis (kateter) ke dalam pembuluh darah menuju jantung. 

Melalui prosedur ini, dokter dapat mengevaluasi aliran darah, mendeteksi adanya penyumbatan, dan mengukur tekanan di ruang-ruang jantung. 

Kadang, prosedur ini juga digunakan untuk mengambil sampel jaringan atau melakukan tindakan perbaikan.

5. Electrophysiology Study (EPS)

EPS adalah pemeriksaan khusus untuk mempelajari aktivitas listrik di dalam jantung. Dokter akan memasukkan kateter yang dilengkapi elektroda ke dalam pembuluh darah menuju jantung, kemudian merekam dan memetakan jalur listriknya. 

Tes ini sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi gangguan aritmia dan membantu merencanakan pengobatan seperti ablasi.

6. Head-Up Tilt Table Test

Tes ini digunakan untuk memeriksa penyebab pingsan atau penurunan tekanan darah secara tiba-tiba. 

Pasien akan berbaring di meja khusus yang kemudian dimiringkan ke posisi tegak. Selama proses, detak jantung dan tekanan darah dipantau untuk melihat bagaimana tubuh bereaksi terhadap perubahan posisi.

Pengobatan Artimia

pengobatan aritmia
Pengobatan Aritmia

Kabar baiknya, banyak cara yang dapat ditempuh untuk membantu jantung kembali berdetak dengan harmoni.

Lalu, apakah aritmia bisa sembuh sepenuhnya? Jawabannya tergantung penyebab dan tingkat keparahannya, tetapi banyak pasien mengalami perbaikan signifikan setelah terapi medis yang tepat.

Pendekatan pengobatan aritmia akan disesuaikan dengan jenis gangguan irama yang dialami, tingkat keparahannya, serta kondisi kesehatan keseluruhan pasien. 

Ada yang cukup dengan penyesuaian gaya hidup, ada pula yang memerlukan prosedur medis lebih lanjut.

1. Obat-Obatan

Bagi sebagian orang, dokter mungkin akan meresepkan obat antiaritmia untuk membantu mengatur detak jantung agar tetap stabil. Jenisnya beragam, mulai dari beta-blocker, calcium channel blocker, hingga amiodarone.

Obat-obatan ini bekerja seperti “penuntun” yang membantu jantung berdetak pada ritme yang tepat.

Selain itu, ada juga obat antikoagulan atau antiplatelet seperti warfarin dan aspirin, yang berfungsi mencegah terbentuknya gumpalan darah. 

Hal ini penting karena penggumpalan dapat meningkatkan risiko stroke.

Karena setiap orang memiliki respons berbeda, dokter biasanya akan menyesuaikan jenis dan dosis obat hingga menemukan yang paling efektif dan aman bagi pasien.

2. Perubahan Gaya Hidup

Pengobatan tidak hanya datang dari obat atau alat medis, tetapi juga dari kebiasaan sehari-hari. 

Jika aritmia dipicu oleh aktivitas atau konsumsi tertentu, pasien dianjurkan untuk menghindarinya.

Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan antara lain:

  • Berhenti merokok agar jantung tidak terus dipaksa bekerja keras.

  • Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol.

  • Membatasi kafein yang ada pada kopi, teh, atau minuman bersoda.

  • Menghindari obat-obatan bebas yang mengandung stimulan, seperti sebagian obat flu atau batuk.

Langkah-langkah ini ibarat memberi ruang bernapas bagi jantung agar ia dapat bekerja tanpa beban berlebihan.

3. Prosedur Medis dan Terapi Lanjutan

Ketika obat-obatan saja belum cukup mengendalikan irama jantung, dokter mungkin merekomendasikan tindakan medis berikut:

  • Kardioversi. Prosedur ini menggunakan kejutan listrik ringan yang diberikan pada dinding dada, bertujuan untuk “mengatur ulang” irama jantung kembali ke pola normal.

  • Ablasi Kateter. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan kateter berkamera dan elektroda kecil ke pembuluh darah menuju jantung. Bagian jaringan jantung yang menjadi sumber gangguan akan dihancurkan atau dinonaktifkan, sehingga irama jantung menjadi stabil kembali.

  • Alat Pacu Jantung (Pacemaker). Alat kecil yang ditanam di bawah kulit ini memberikan impuls listrik lembut untuk menjaga detak jantung tetap teratur, khususnya jika detak terlalu lambat.

  • Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD). Alat ini mirip pacemaker namun dengan kemampuan lebih, yaitu dapat memberikan kejutan listrik bila terdeteksi irama jantung yang sangat berbahaya seperti ventricular fibrillation. Tujuannya adalah mencegah henti jantung mendadak.

4. Menjalani Hidup dengan Kesadaran

Menjaga pola makan, mengelola stres, berolahraga ringan, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan adalah wujud cinta kepada diri sendiri dan orang-orang yang kita kasihi. 

Karena jantung yang sehat adalah juga tentang hidup yang dijalani dengan penuh kesadaran dan keseimbangan.

Komplikasi Aritmia

Aritmia yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang serius.

Dalam beberapa situasi, gangguan irama jantung ini bisa memicu masalah lain yang berdampak pada fungsi tubuh secara keseluruhan.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

  • Demensia, akibat terganggunya suplai darah ke otak secara berulang.

  • Penyakit Alzheimer, yang dapat diperburuk oleh gangguan sirkulasi darah jangka panjang.

  • Stroke, disebabkan oleh terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran darah ke otak.

  • Gagal jantung, karena jantung tidak mampu memompa darah secara efektif.

  • Henti jantung mendadak, kondisi darurat yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Pencegahan Artimia

Mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit aritmia tentu sangatlah penting. Pola hidup sehat, olahraga teratur, dan pemeriksaan jantung rutin bisa membantu mengurangi risikonya.

Secara umum, menjaga kesehatan jantung menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko aritmia.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menghentikan kebiasaan merokok

  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang

  • Mempertahankan berat badan ideal

  • Melakukan olahraga secara rutin

  • Membatasi asupan minuman beralkohol dan berkafein

  • Menghindari penggunaan obat-obatan tanpa rekomendasi dokter

Bagi penderita penyakit jantung, melakukan medical check-up secara rutin sangat dianjurkan agar kondisi tidak semakin memburuk dan memicu aritmia. 

Selain itu, konsumsi obat perlu dilakukan secara disiplin sesuai arahan medis, dan segera mencari pertolongan dokter jika gejala terasa semakin parah.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala seperti detak jantung tidak teratur, berdebar tanpa sebab, atau mudah lelah, jangan abaikan kemungkinan adanya gangguan irama jantung (aritmia).

Segera temui dokter spesialis jantung untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh.

Anda dapat menggunakan menu cari dokter untuk mencari dokter spesialis yang tepat di Tzu Chi Hospital dan memeriksa jadwal praktiknya.

Untuk kemudahan konsultasi dan pemesanan janji temu, Anda dapat langsung menghubungi Call Center Tzu Chi Hospital

Tim kami siap memberikan informasi terkait prosedur pemeriksaan aritmia, mulai dari diagnosa awal hingga perawatan lanjutan, agar Anda mendapatkan penanganan yang cepat, tepat, dan penuh perhatian.

 

 


Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh Dr. Agill Agassi Tsalitsa, Sp.JP, FIHA

 

Referensi: 

Overview of Cardiac Arrhythmias and Treatment Strategies - PMC 

What Is Reperfusion Arrhythmia? - Healthline 

Symptoms, Diagnosis and Monitoring of Arrhythmia - American Heart Association 


Related Article

Topik Terkini



VIDEOS