Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit
Henti Jantung: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahannya

Ditulis Oleh
Admin TzuChi • 18 September 2025

Henti jantung adalah kondisi darurat medis ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba, sehingga darah tidak lagi mengalir ke seluruh tubuh, termasuk otak dan organ vital lainnya.
Tindakan cepat untuk henti jantung seperti bantuan hidup dasar (basic life support) dengan pijatan jantung luar dan defibrilasi sangat penting untuk meningkatkan peluang keselamatan pasien. Dalam klasifikasi penyakit internasional ICD-10, henti jantung dicatat dengan kode I46
Untuk penjelasan lebih lengkapnya, mari kita simak artikel di bawah ini!
Apa Itu Henti Jantung?
Henti jantung (cardiac arrest) adalah kondisi ketika jantung berhenti memompa darah secara tiba-tiba karena gangguan pada sistem kelistrikan jantung, yang sering kali dipicu oleh irama jantung (aritmia).
Akibatnya, aliran darah ke otak, paru-paru, dan organ vital lain langsung terhenti.
Berbeda dengan serangan jantung yang biasanya berkembang bertahap, henti jantung sering terjadi mendadak tanpa peringatan, meskipun sebagian orang bisa mengalami gejala ringan sebelumnya.
Kondisi ini merupakan darurat medis yang memerlukan tindakan segera seperti bantuan hidup dasar (basic life support) dengan pijatan jantung luar dan defibrilasi.
Jika tidak ditangani dalam hitungan menit, henti jantung dapat menyebabkan kematian.
Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung
Henti jantung bukan serangan jantung, meskipun keduanya sama-sama kondisi gawat darurat yang melibatkan organ vital. Perbedaan utama terletak pada mekanisme, penyebab, dan cara penanganannya.
Serangan jantung (heart attack) terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhambat akibat penyumbatan pada pembuluh darah koroner.
Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak kolesterol atau gumpalan darah. Saat pasokan darah terganggu, bagian otot jantung yang terdampak akan kekurangan oksigen dan mulai rusak.
Kondisi ini sering berkembang secara bertahap, diawali dengan gejala seperti nyeri dada, sesak napas, atau rasa tidak nyaman yang muncul berulang selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Pada serangan jantung, jantung biasanya tetap berdetak, tetapi fungsinya terganggu karena tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup.
Tanpa penanganan segera, kerusakan otot jantung dapat meluas dan meningkatkan risiko komplikasi serius, termasuk henti jantung.
Penyebab Henti Jantung Secara Tiba-tiba
Henti jantung mendadak sering kali dipicu oleh gangguan irama jantung atau aritmia yang mengganggu kemampuan jantung memompa darah.
Dua jenis aritmia yang paling berisiko menyebabkan kondisi ini adalah fibrilasi ventrikel dan fibrilasi atrium.
1. Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel adalah kondisi ketika bilik bawah jantung (ventrikel) bergetar sangat cepat dan tidak beraturan.
Normalnya, ventrikel berkontraksi dengan irama teratur untuk mendorong darah ke paru-paru dan seluruh tubuh.
Namun, pada fibrilasi ventrikel, sinyal listrik di bilik ini menjadi kacau sehingga kontraksi jantung tidak lagi sinkron.
Akibatnya jantung tidak memompa darah dengan baik dan aliran darah menurun drastis bahkan bisa berhenti sama sekali dalam hitungan detik.
Tanpa pasokan darah, otak dan organ vital akan kekurangan oksigen, yang dapat memicu kematian jantung mendadak jika tidak segera dilakukan resusitasi atau defibrilasi.
2. Fibrilasi Atrium
Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium adalah gangguan irama pada bilik atas jantung (atrium) yang terjadi ketika simpul sinoatrial (SA), pusat pengatur irama alami jantung yang berada di atrium kanan, tidak mengirimkan sinyal listrik secara normal.
Apabila atrium bergetar terlalu cepat dan tidak terkoordinasi, diikuti oleh detak ventrikel yang terlalu cepat, pengisian darah ke ventrikel tidak efisien dan aliran darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
Meski fibrilasi atrium lebih sering dikaitkan dengan risiko stroke akibat pembentukan bekuan darah, irama atrium yang diikuti irama ventrikel yang kacau dapat memengaruhi kestabilan kelistrikan jantung secara keseluruhan.
Pada beberapa kasus, hal ini dapat berkembang menjadi gangguan ventrikel yang memicu henti jantung.
Baca Juga: Aritmia Jantung: Gejala, Diagnosis, Penyebab, & Pencegahannya
Faktor Terjadinya Henting Jantung Mendadak
Henti jantung mendadak tidak selalu terjadi tanpa peringatan. Banyak kasus dipicu oleh kondisi kesehatan tertentu yang memengaruhi struktur, fungsi, atau sistem kelistrikan jantung.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini:
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri yang memasok darah ke jantung mengalami penyempitan atau sumbatan akibat penumpukan plak kolesterol (aterosklerosis).
Saat aliran darah ke otot jantung terganggu, risiko gangguan irama jantung meningkat. Jika sumbatan tidak segera diatasi, kondisi ini dapat memicu serangan jantung yang kemudian berkembang menjadi henti jantung.
Gaya hidup seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji, minuman manis, merokok, jarang bergerak, dan begadang tanpa istirahat cukup, bisa mempercepat proses terbentuknya plak aterosklerosis akibat timbunan kolesterol.
Dalam skenario terburuk, serangan jantung yang dipicu sumbatan tersebut dapat berkembang menjadi henti jantung.
2. Kelainan Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mengatur aliran darah antar-ruang jantung. Jika katup mengalami kebocoran (regurgitasi) atau penyempitan (stenosis), sirkulasi darah menjadi tidak normal.
Kondisi ini membuat bilik jantung bekerja lebih keras, sehingga lama-kelamaan bisa melemah atau membesar, dan berpotensi menyebabkan irama jantung tidak stabil.
Kondisi ini bisa diperparah oleh hal-hal sederhana yang sering diabaikan, seperti kebersihan mulut yang buruk hingga memicu infeksi bakteri pada katup jantung, atau tekanan darah tinggi yang dibiarkan bertahun-tahun tanpa pengobatan, sehingga menyebabkan beban yang berlebih pada jantung dan katup jantung.
3. Pembengkakan Jantung (Kardiomegali)
Kardiomegali adalah pembesaran ukuran jantung yang sering diakibatkan oleh beban jantung yang meningkat karena tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, penyakit katup jantung, kelainan bawaan otot jantung, penyakit jantung koroner, konsumsi alkohol berlebihan, hingga penggunaan narkotika dan obesitas.
Kebiasaan minum alkohol setiap malam, misalnya, dalam jangka panjang dapat merusak otot jantung dan membuatnya bekerja tidak efisien.
Jantung yang membesar dapat memiliki dinding otot yang lemah dan tipis maupun otot yang tebal namun kaku. Keduanya sama-sama meningkatkan risiko gangguan irama yang berbahaya dan berujung pada henti jantung.
4. Gangguan Impuls Listrik Jantung
Jantung memiliki sistem kelistrikan alami yang mengatur irama detaknya. Gangguan pada sistem kelistrikan bawaan seperti Long QT Syndrome, Brugada Syndrome, atau Wolff-Parkinson-White Syndrome, dapat menyebabkan gangguan irama jantung berbahaya yang tiba-tiba.
Kondisi ini dikenal sebagai kelainan irama jantung primer, dan sering kali menjadi penyebab henti jantung mendadak pada orang yang sebelumnya terlihat sehat.
Kondisi tersebut sering kali tidak menimbulkan gejala sama sekali dan hanya terdeteksi tidak sengaja dalam pemeriksaan rekam jantung saat medical check up.
Risiko gangguan irama jantung dapat meningkat karena konsumsi obat atau suplemen yang memengaruhi detak jantung, apalagi jika digunakan tanpa pengawasan medis.
Minum suplemen pembakar lemak dosis tinggi, misalnya, bisa memicu irama jantung yang berbahaya.
5. Penyakit Jantung Bawaan
Selain itu, terdapat juga beberapa orang yang terlahir dengan kelainan pada struktur atau fungsi jantung akibat faktor genetik.
Kelainan ini bisa memengaruhi aliran darah maupun sistem kelistrikan jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya henti jantung, bahkan pada usia muda.
Banyak orang tidak menyadari mereka memiliki kelainan ini sampai akhirnya terlibat dalam aktivitas fisik berat, seperti maraton, tanpa pemeriksaan kesehatan sebelumnya.
Dalam kasus tertentu, beban fisik yang mendadak dapat memicu gangguan irama jantung hingga menyebabkan pingsan mendadak.
Gejala Henti Jantung
Tanda-tanda henti jantung biasanya muncul secara mendadak dan sering kali terjadi tanpa peringatan yang jelas.
Dalam banyak kasus, gejala berkembang hanya dalam hitungan detik hingga menit. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian penderita sebenarnya sudah mengalami gejala peringatan jauh sebelum kejadian.
Studi yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine menemukan bahwa dari 839 pasien henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest/SCA) yang diteliti, 51% mengalami gejala peringatan dalam 4 minggu sebelumnya.
Di antara pasien bergejala ini, 80% melaporkan gejala juga muncul lebih dari 1 jam sebelum SCA, termasuk 147 pasien yang sudah merasakannya lebih dari 24 jam sebelumnya. Dari 147 pasien tersebut, 93% mengalami episode baru dalam 24 jam terakhir sebelum kejadian.
Gejala yang paling sering dilaporkan adalah nyeri dada (46%), sebagian besar berupa angina yang datang dan hilang, diikuti sesak napas (18%), pingsan atau berdebar (5%), keluhan perut atau lainnya (20%), serta gejala mirip flu (10%).
Berikut penjelasan tiap gejala yang umum terjadi:
1. Nyeri Dada, Sesak Napas, Jantung Berdebar Cepat
Pada sebagian kasus, henti jantung diawali dengan gejala seperti pusing berat, dada terasa tertekan, dan jantung berdetak sangat cepat (palpitasi) selama beberapa detik.
Data dari Annals of Internal Medicine mendukung hal ini, menunjukkan bahwa nyeri dada dan sesak napas adalah dua gejala peringatan paling umum sebelum SCA terjadi.
2. Hilang Kesadaran Secara Tiba-tiba
Henti jantung dapat mengakibatkan otak tidak lagi mendapatkan suplai darah dan oksigen. Akibatnya, penderita akan kehilangan kesadaran hanya dalam ±20 detik setelah jantung berhenti berdetak.
Pernah terpikir akan seperti apa yang dirasakan ketika henti jantung? Bagi sebagian pasien yang berhasil selamat, situasi tersebut sering kali digambarkan sensasi seperti “gelap mendadak”, pusing hebat, dada tertekan, lalu hilang kesadaran dalam hitungan detik.
Pengalaman ini sering kali mirip dengan situasi saat lampu yang tiba-tiba dipadamkan tanpa sempat merasakan sakit berkepanjangan.
3. Denyut Nadi Tidak Teraba
Henti jantung adalah suatu kondisi yang berarti jantung tidak lagi memompa darah. Denyut nadi besar, seperti di leher (arteri karotis) atau pergelangan tangan, menjadi tidak teraba sama sekali.
Apa yang terjadi jika jantung berhenti berdetak 1 detik? Tubuh biasanya tidak langsung kolaps, tetapi gangguan aliran darah mulai terjadi.
Ketiadaan denyut nadi dalam waktu kurang dari 10 detik menjadi salah satu indikator utama untuk memulai resusitasi jantung paru (RJP).
Berapa lama jantung bisa berhenti sebelum kerusakan otak terjadi? Umumnya hanya 4–6 menit tanpa aliran darah.
Baca Juga: 20 Ciri-Ciri Penyakit Jantung, Sadari Sebelum Terlambat!
Diagnosis Henti Jantung
Langkah pertama yang paling penting dari situasi ini adalah dengan segera memanggil bantuan medis dan memulai resusitasi jantung paru (RJP) jika memungkinkan.
Namun, untuk memastikan diagnosis yang tepat dan menentukan langkah perawatan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan medis.
1. Pemeriksaan Awal di Lokasi Kejadian
Saat pasien tiba di instalasi gawat darurat atau bahkan di lokasi kejadian, tenaga medis akan:
-
Memeriksa kesadaran dan pernapasan.
-
Mengevaluasi denyut nadi.
-
Menggunakan monitor jantung untuk melihat aktivitas listrik jantung secara real-time.
Jika ditemukan ritme jantung abnormal yang mengancam nyawa, tindakan defibrilasi (memberikan sengatan listrik dengan defibrillator) biasanya langsung dilakukan untuk mengembalikan ritme jantung normal.
2. Elektrokardiogram (EKG)
EKG adalah pemeriksaan utama untuk mendeteksi jenis aritmia yang memicu henti jantung, seperti fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel.
Pemeriksaan ini dilakukan secepat mungkin, bahkan saat resusitasi masih berlangsung. EKG dapat menunjukkan:
-
Ritme jantung terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur.
-
Tanda-tanda kerusakan otot jantung akibat serangan jantung.
3. Tes Darah
Tes darah dapat membantu untuk mengidentifikasi penyebab mendasar henti jantung, seperti:
-
Kadar elektrolit (kalium, magnesium) yang tidak normal.
-
Enzim jantung seperti troponin, yang meningkat pada serangan jantung.
-
Adanya gangguan metabolik atau infeksi.
Tes ini juga penting untuk memantau kondisi pasien setelah stabil.
4. Rontgen Dada
Pemeriksaan rontgen dada dapat digunakan untuk beberapa hal seperti:
-
Melihat ukuran dan bentuk jantung.
-
Memeriksa kondisi paru-paru (misalnya adanya cairan akibat gagal jantung).
-
Menilai adanya pembesaran jantung atau kelainan struktur lain.
5. Pemeriksaan Lanjutan
Kemudian yang terakhir adalah dengan pemeriksaan lanjutan. Jika pasien berhasil distabilkan, maka selanjutnya dokter dapat melakukan hal berikut:
-
Ekokardiografi untuk melihat fungsi pompa jantung dan mendeteksi kerusakan otot atau katup.
-
CT scan atau MRI jantung untuk menilai struktur dan aliran darah.
-
Tes fungsi tiroid jika diduga ada gangguan hormon yang memengaruhi irama jantung.
Pengobatan Henti Jantung
Henti jantung apakah bisa sembuh? Kesembuhan bergantung pada kecepatan dan efektivitas penanganan awal. Setiap menit tanpa tindakan dapat menurunkan peluang hidup pasien.
Oleh karena itu, pengobatan dilakukan dalam beberapa tahap, mulai dari penanganan darurat di lokasi kejadian hingga perawatan lanjutan di rumah sakit.
1. CPR (Cardiopulmonary Resuscitation)
CPR (Cardiopulmonary Resuscitation)
CPR atau resusitasi jantung paru adalah langkah pertama untuk menjaga aliran darah ke otak dan organ vital ketika jantung berhenti berdetak.
-
Dilakukan dengan memberikan tekanan (kompresi) di dada secara ritmis dan ventilasi buatan (napas bantuan).
-
CPR efektif dapat mempertahankan sirkulasi darah sementara hingga bantuan medis datang.
2. Defibrilasi
Defibrilasi adalah pemberian sengatan listrik terkontrol ke jantung menggunakan Automated External Defibrillator (AED) atau defibrillator manual.
-
Tujuannya adalah menghentikan irama jantung yang kacau (misalnya fibrilasi ventrikel) dan mengembalikannya ke ritme normal.
-
AED kini tersedia di banyak tempat umum seperti bandara, pusat perbelanjaan, atau gedung olahraga, dan dirancang agar orang awam pun dapat menggunakannya dengan panduan suara.
3. ACLS (Advanced Cardiovascular Life Support)
Setelah penanganan awal, tenaga medis terlatih akan memberikan ACLS serangkaian tindakan lanjutan yang meliputi:
-
Pemberian obat-obatan antiaritmia (misalnya amiodaron atau lidokain).
-
Pemasangan jalur intravena untuk akses obat.
-
Manajemen jalan napas dan ventilasi.
-
Monitoring ketat irama jantung dan tanda vital.
ACLS memastikan pasien mendapat penanganan optimal selama transportasi menuju rumah sakit atau di ruang gawat darurat.
4. Perawatan Lanjutan di Rumah Sakit
Setelah pasien kembali memiliki detak jantung yang stabil, fokus berpindah ke mencegah kekambuhan dan menangani penyebab yang mendasarinya.
-
Pemasangan Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) bagi pasien berisiko tinggi, terutama jika memiliki riwayat aritmia berbahaya.
-
Obat-obatan jangka panjang untuk mengontrol irama jantung, tekanan darah, dan kolesterol.
-
Rehabilitasi jantung untuk meningkatkan kekuatan fisik dan kualitas hidup.
-
Tindakan bedah bila diperlukan, misalnya operasi bypass atau perbaikan katup jantung.
Pemasangan Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) dianjurkan untuk pasien dengan risiko tinggi, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat aritmia berbahaya atau pernah mengalami henti jantung mendadak.
Studi dari Multicenter Automatic Defibrillator Implantation Trial II yang menjadi dasar pedoman klinis menyatakan bahwa penggunaan ICD dapat mengurangi risiko kematian hingga sekitar 31% selama masa tindak lanjut sekitar 1,5 tahun, dan manfaat ini bertahan dalam jangka panjang dengan penurunan risiko kematian hingga 34% dalam 8 tahun pemantauan.
Baca Juga: Cegah Serangan Jantung! Kenali Ciri-Ciri, Penyebab, Pencegahan, & Cara Mengatasinya
Komplikasi Henti Jantung
Dalam beberapa kasus, pasien yang mendapatkan pertolongan cepat masih dapat pulih, meski tidak selalu sepenuhnya kembali seperti semula.
Bagi mereka yang selamat, komplikasi jangka panjang bisa tetap muncul, di antaranya:
-
Kerusakan pada sistem saraf, yang memengaruhi koordinasi dan respons tubuh.
-
Gangguan pergerakan, seperti tremor atau kesulitan mengendalikan otot.
-
Kesulitan berbicara akibat gangguan pada pusat bahasa di otak.
-
Penurunan konsentrasi dan daya ingat, yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
-
Gangguan stres pascatrauma (PTSD), termasuk kecemasan berlebih atau rasa takut serangan berulang.
Pencegahan Henti Jantung
Kunci utama untuk mencegah henti jantung adalah deteksi dini dan perawatan kesehatan jantung yang optimal.
Pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk screening penyakit jantung dan evaluasi faktor risiko, dapat membantu menemukan masalah sebelum menjadi gawat darurat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menghentikan Kebiasaan Merokok
Zat beracun dalam rokok merusak pembuluh darah dan mempercepat proses aterosklerosis, yang menjadi salah satu pemicu utama gangguan irama jantung dan serangan jantung.
2. Mengontrol Berat Badan
Bagi penderita obesitas, menurunkan berat badan dapat mengurangi beban kerja jantung dan menurunkan tekanan darah. Setelah berat badan normal tercapai, penting untuk mempertahankannya agar risiko henti jantung tetap rendah.
3. Membatasi Konsumsi Alkohol
Minum alkohol secara berlebihan dapat memicu aritmia dan melemahkan otot jantung. Batasi asupan sesuai rekomendasi medis atau hindari sepenuhnya jika memiliki riwayat penyakit jantung.
4. Mengonsumsi Makanan Ramah Jantung
Perbanyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, ikan berlemak, serta batasi garam, gula, dan lemak jenuh. Pola makan ini membantu menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, dan kesehatan pembuluh darah.
5. Berolahraga secara teratur
Aktivitas fisik, seperti berjalan cepat 30 menit sehari atau minimal 150 menit per minggu, memperkuat otot jantung dan meningkatkan sirkulasi darah.
6. Mengelola Stres dengan Baik
Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu gangguan irama jantung. Latihan pernapasan, meditasi, atau aktivitas yang menenangkan dapat membantu menjaga kesehatan mental sekaligus fisik.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda atau orang terdekat memiliki gejala seperti nyeri dada, pusing mendadak, atau detak jantung tidak teratur, segera periksakan diri dari sekarang ke Tzu Chi Hospital.
Anda dapat cek jadwal dokter di menu cari dokter atau bisa juga untuk langsung membuat janji temu melalui dengan menghubungi kami melalui WhatsApp Call Center Tzu Chi Hospital.
Tzu Chi Hospital berkomitmen memberikan perawatan terbaik dengan sentuhan humanis, fasilitas modern, dan tenaga medis berpengalaman. Karena bagi kami, setiap detak jantung Anda adalah anugerah yang harus dijaga.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Stephanie Salim, Sp.JP
Referensi:
American Heart Association. (2025). Advanced Cardiac Life Support Handbook [PDF].
Annals of Internal Medicine. (2016). Signos de Alarma y Supervivencia en Parada cardíaca. Annals of Internal Medicine, 164(1), 45-52.
European Society of Cardiology. Clinical practice guidelines.
Updates on Management of Anoxic Brain Injury after Cardiac Arrest - PMC