Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit

15 Efek Kemoterapi yang Umum Dialami dan Cara Mengatasinya

logo author

Ditulis Oleh

Admin TzuChi26 September 2025

BAGIKAN
artikel feature image

Tahukah Anda bahwa efek kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga bisa memengaruhi sel sehat dalam tubuh?

Inilah sebabnya banyak pasien mengalami keluhan seperti mual, rambut rontok, hingga kelelahan. Tidak heran banyak pasien yang merasa khawatir.

Namun, dengan penanganan yang tepat, efek tersebut dapat dikendalikan sehingga pasien tetap bisa beraktivitas dengan nyaman. 

Lalu, apa saja efek kemoterapi pertama, kedua, dan seterusnya yang umu dialami, serta bagaimana cara mengatasinya? Berikut jawabannya!

Apa Itu Kemoterapi?

efek kemoterapi

Kemoterapi atau sering disebut “kemo” adalah salah satu metode pengobatan kanker dengan obat-obatan khusus untuk menghancurkan sel kanker sekaligus menghambat pertumbuhan dan penyebarannya di dalam tubuh. 

Kemoterapi biasanya diberikan lewat infus, suntikan, atau obat oral. Pemberian obat dilakukan secara siklus, misalnya 1 hari terapi, kemudian istirahat 2–3 minggu sebelum masuk siklus berikutnya, tergantung jenis obat dan kondisi pasien.

Meski target utamanya sel kanker, obat kemoterapi juga memengaruhi sel sehat lain yang membelah cepat, seperti sel darah dan sel folikel rambut. Pasalnya sifatnya mirip dengan karakter sel kanker, sehingga timbul efek samping.

Jenis Kanker yang Bisa Diobati dengan Kemoterapi

Kemoterapi bisa untuk mengobati berbagai macam kanker, baik yang masih berada di satu lokasi (kanker primer) maupun yang sudah menyebar ke bagian tubuh lain (kanker metastasis). 

Beberapa jenis kanker yang sering ditangani dengan kemo antara lain:

  • Kanker payudara

  • Kanker paru-paru

  • Kanker usus besar (kolorektal)

  • Kanker darah seperti leukemia dan limfoma

  • Kanker ovarium atau rahim

  • Kanker pankreas dan jenis kanker lain yang berkembang cepat

Selain kanker, obat kemoterapi juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit autoimun (seperti lupus atau rheumatoid arthritis) dan kondisi kelainan sumsum tulang.

Berapa Lama Efek Kemoterapi Bertahan?

Banyak yang bertanya tentang efek kemoterapi bertahan berapa lama. Umumnya, efek kemoterapi bersifat sementara dan membaik dalam hitungan minggu hingga bulan, tergantung kondisi tubuh masing-masing. 

Misalnya kelelahan atau mual biasanya reda dalam 6–12 bulan. Namun, efek yang lebih serius seperti chemo brain bisa baru pulih setelah 9–12 bulan.

Ada juga efek chemo brain yang bertahan lebih dari satu tahun, walau kasusnya langka. Oleh karenanya, pilihlah dokter yang berpengalaman agar kondisi ini bisa dikelola dengan baik.

Efek Kemoterapi dan Cara Mengatasinya

Meski kemoterapi memicu efek samping, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengurangi efek tersebut. 

Lantas, apa saja efek samping kemo? Bagaimana cara mengatasi efek kemoterapi? Berikut penjelasannya:

1. Mual dan Muntah

mual efek kemoterapi

Obat kemoterapi bisa mengganggu lambung dan pusat muntah di otak, sehingga pasien merasa mual. 

Kondisi ini sering muncul beberapa jam hingga hari setelah terapi. Dokter biasanya memberi obat anti-mual, dan pasien disarankan makan dalam porsi kecil untuk mengurangi rasa mual.

2. Hilang Nafsu Makan

Mual, perubahan rasa, atau sariawan bisa membuat pasien malas makan. Dampaknya nafsu makan dan berat badan turun. 

Untuk mengatasinya, coba pilih makanan favorit Anda, atau konsumsi makanan dalam bentuk cair (misalnya protein shake atau smoothie).

3. Sariawan dan Mulut Kering 

Kemoterapi dapat merusak sel di mulut sehingga pasien rentan mengalami infeksi seperti sariawan dan mulut kering.

Biasanya efek kemoterapi ini muncul setelah beberapa siklus, sekitar siklus 2-3 dan bisa bertahan selama masa terapi.

Untuk mengurangi keluhan, Anda bisa berkumur dengan larutan garam dan mengonsumsi makanan lembut, seperti bubur, oatmeal, dan sup hangat.

4. Diare

Efek kemoterapi ke 1 hingga 4 yang biasa muncul yaitu diare. Kondisi ini muncul akibat iritasi pada usus oleh obat kemoterapi, sehingga memicu diare. 

Jika kondisinya semakin buruk, diare bisa menyebabkan dehidrasi. Maka apabila merasakannya, segera minum cairan elektrolit dan hindari makanan berlemak atau pedas.

5. Sembelit (Susah BAB)

Obat kemoterapi, seperti vincristine dan cisplatin, dapat menghambat pergerakan usus. Dampaknya, pasien bisa merasa perut penuh, kembung, dan sulit buang air besar.

Untuk mengatasinya, perbanyak minum air putih, mengonsumsi makanan tinggi serat, dan melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki untuk meningkatkan pergerakan usus.

6. Kelelahan Berkepanjangan

Kelelahan yang timbul akibat efek kemoterapi bukan seperti lelah biasa,  melainkan perasaan lemas menyeluruh yang bisa mengganggu aktivitas harian.

Penyebabnya beragam, bisa karena penurunan sel darah merah (anemia), kurang gizi, dan stres. Gejala biasanya muncul dalam 1–2 minggu setelah siklus pertama, dan dapat bertambah parah di siklus-siklus berikutnya.

Cara Mengatasi

  • Perbanyak konsumsi makanan bernutrisi dan air putih

  • Tidur cukup dan teratur

  • Konsultasikan ke dokter jika kelelahan terasa mengganggu kualitas hidup

7. Mudah Terkena Infeksi

Kemoterapi dapat menekan produksi sel darah putih, sehingga sistem kekebalan tubuh melemah.

Ini termasuk efek kemoterapi ke 2 dan ke atas, karena seiring waktu jumlah sel darah putih terus menurun. 

Akibatnya pasien jadi lebih mudah terserang infeksi seperti flu, batuk, infeksi saluran kencing (UTI), bahkan infeksi kulit.

Cara Mencegah Infeksi

  • Rajin cuci tangan

  • Hindari keramaian dan orang yang sedang sakit

  • Gunakan masker di tempat umum

  • Segera periksa ke dokter jika muncul demam, menggigil, atau luka yang memburuk

8. Rambut Rontok

rambut rontok efek kemoterapi

Penelitian yang dimuat dalam National Library of Medicine, menunjukkan bahwa gejala rambut rontok dialami oleh 65% pasien kemoterapi.

Rontok biasanya mulai terjadi pada 2–3 minggu pertama, dan bisa memengaruhi rambut kepala, alis, bulu mata, hingga rambut tubuh lainnya.

Ini bisa terjadi karena folikel rambut termasuk sel yang tumbuh cepat. Namun rambut biasanya mulai tumbuh kembali 3 bulan setelah terapi selesai.

Tips Menghadapinya

  • Potong rambut lebih pendek sebelum kemo agar transisi lebih ringan

  • Gunakan scarf, wig atau topi

  • Rawat kulit kepala selama masa terapi

9. Risiko Perdarahan

Kemoterapi bisa menurunkan jumlah trombosit, yaitu komponen darah yang fungsinya menghentikan perdarahan. 

Akibat jumlahnya menurun, pasien cenderung lebih mudah memar, mimisan, dan berdarah meski lukanya kecil.

Cara Mencegah Perdarahan

  • Hindari aktivitas yang berisiko menyebabkan luka

  • Kurangi penggunaan benda tajam seperti pisau

  • Periksa ke dokter jika perdarahan sulit berhenti atau muncul memar tanpa sebab

10. Kulit dan Kuku Lebih Sensitif

Efek kemoterapi bisa memengaruhi sel-sel kulit dan kuku, karena termasuk sel yang cepat beregenerasi.

Gejalanya berupa kulit kering, memerah saat terkena matahari, kuku rapuh bahkan menghitam. Efek ini umumnya bersifat sementara.

Tips Menghadapinya

  • Gunakan pelembab kulit setiap hari

  • Pakai tabir surya dengan SPF minimal 30 saat hendak keluar rumah

  • Hindari dulu penggunaan kuteks

  • Pakai sarung tangan saat mencuci dengan deterjen

Baca Juga: Kanker Payudara: Gejala, Penyebab, Pengobatan, & Cara Mencegahnya 

11. Warna Urine Berubah

Obat kemoterapi tertentu, seperti cyclophosphamide dan ifosfamide, dapat mengiritasi dinding kandung kemih dan menyebabkan kondisi yang disebut hemorrhagic cystitis

Kondisi ini bisa muncul dalam 1–2 hari setelah kemoterapi dan disertai rasa nyeri saat buang air kecil, frekuensi kencing meningkat, atau warna urine berubah menjadi merah/oranye.

Tips Menghadapinya

  • Perbanyak minum air putih untuk mempercepat pembuangan sisa obat

  • Hindari minuman berkafein atau soda

  • Segera konsultasi dokter jika urine berdarah atau rasa sakit berlanjut

12. Demam dan Menggigil

Salah satu efek kemoterapi yang perlu diwaspadai adalah demam di atas 38 derajat celcius, terutama jika disertai menggigil. 

Ini bisa menjadi tanda adanya infeksi akibat penurunan drastis sel darah putih. Kondisi ini lebih berisiko tinggi dialami pasien kanker darah.

Cara Mengatasinya

  • Langsung ke UGD jika suhu lebih dari 38 derajat celcius. 

  • Gunakan masker saat keluar rumah untuk cegah infeksi.

  • Hindari konsumsi makanan mentah (sushi dan lalapan), karena bisa membawa bakteri.

13. Kesemutan

Sebuah penelitian pada 2024 menunjukkan sekitar 68% pasien mengalami gangguan saraf akibat obat kemoterapi pada sebulan pertama.

Gejalanya seperti kesemutan, mati rasa, atau kelemahan pada tangan dan kaki. Gejala ini tetap bisa muncul bahkan berbulan-bulan setelah terapi berakhir. 

Jika masih merasakannya setelah terapi selesai, ini bisa tertanda obat kemo menimbulkan kerusakan saraf.

Tips Menghadapinya

  • Pilih olahraga ringan, seperti peregangan atau berjalan kaki

  • Hindari mengangkat beban berat

  • Konsultasi dengan dokter untuk mengurangi keluhan.

14. Gangguan Kesuburan (Pria dan Wanita) 

Pada wanita, kemo bisa menyebabkan menopause dini atau berhentinya siklus haid, terutama pada usia 35 tahun ke atas. 

Sebaliknya pada pria, kemoterapi bisa menurunkan kualitas sperma atau bahkan menyebabkan infertilitas, meski kasus pada pria jarang terjadi.

Efeknya bisa sementara dan permanen. Oleh karenanya, pasien dianjurkan berdiskusi dengan dokter mengenai opsi penyimpanan sel telur atau sperma sebelum kemoterapi.

Baca Juga: Kanker Serviks: Gejala, Ciri-ciri, Diagnosis, dan Pengobatannya 

15. Sulit Berpikir (Chemo Brain)

Chemo brain adalah istilah untuk menggambarkan gangguan kognitif setelah kemoterapi. Gejalanya seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, atau lambat berpikir.

Penyebabnya bisa karena dampak obat kemo terhadap sel otak yang memicu peradangan sel dan stres oksidatif.

Tips Menghadapinya

  • Tulis daftar aktivitas harian agar tidak lupa

  • Lakukan latihan otak ringan, seperti membaca atau mengisi teka-teki

  • Hindari multitasking

Apa yang Harus Dilakukan setelah Kemoterapi?

Setelah kemoterapi, tubuh masih mengeluarkan sisa obat lewat urine, feses, muntah, dan keringat selama sekitar 48 jam. 

Cairan tubuh ini berbahaya bagi orang lain jika tidak ditangani dengan benar. Karena itu, penting untuk menjaga kebersihannya dengan:

  • Buang air besar/kecil langsung di kloset, lalu siram dengan banyak air

  • Jika muntah, tampung di kantong plastik, ikat rapat, dan buang ke tempat sampah

  • Cuci tangan dengan sabun setelah dari toilet atau membersihkan cairan tubuh

  • Pisahkan pakaian kotor dari anggota keluarga lain, cuci secara terpisah

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila efek kemoterapi persisten bahkan memicu demam tinggi, muntah hebat, atau perdarahan yang sulit berhenti, segera dapatkan bantuan medis!

Di Tzu Chi Hospital, terdapat layanan unggulan Pusat Kanker Terpadu dengan fasilitas modern dan tim dokter spesialis berpengalaman.

layanan mri

Diagnosis bisa dilakukan menggunakan MRI 3 Tesla dan PET Scan untuk hasil yang lebih akurat, serta tersedia penanganan radioterapi LINAC Versa HD yang bekerja lebih lokal dan menimbulkan efek samping lebih ringan daripada kemoterapi biasa.

Jika Anda atau orang terdekat sedang mengalaminya, segera buat janji temu secara online melalui Call Center Tzu Chi Hospital, dan Anda bisa pilih dokternya melalui menu Cari Dokter.

Jangan biarkan sel kanker terus membelah, segera hancurkan dengan bantuan medis terkini!

 

 


Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh Dr. Rajesh Kalwani, Sp.PD-KHOM, FINASIM

Sumber:

Chemotherapy | NHS

Chemotherapy: Types & How They Work | Cleveland Clinic

Chemotherapy Side Effects: 18 Ways Chemo Affects You | Healthline

Chemotherapy-induced hair loss | PubMed

Chemotherapy-Induced Peripheral Neuropathy: Assessment and Treatment Strategies for Advanced Practice Providers | PMC


Related Article

Topik Terkini



VIDEOS