Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit
Hernia Diafragma: Penyebab, Gejala, & Cara Pengobatannya

Ditulis Oleh
Admin TzuChi • 14 Oktober 2025

Hernia diafragma adalah kondisi ketika organ dalam perut, seperti lambung atau usus, berpindah ke rongga dada melalui celah pada diafragma.
Kondisi ini bisa dialami siapa saja, mulai dari hernia diafragma pada bayi, hernia diafragma pada dewasa, bahkan juga ditemukan pada hewan peliharaan seperti hernia diafragma pada kucing.
Memahami penyakit ini penting agar deteksi dan penanganannya bisa dilakukan sedini mungkin.
Namun, seperti apa sebenarnya penyebab, gejala, hingga pengobatan dari hernia diafragma yang menyerah manusia hingga hewan peliharaan ini?
Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
Penyebab, Faktor, & Risiko Hernia Diafragma
Hernia Diafragma | Sumber: Texas Children’s Hospital
Meski terdengar menakutkan, sebenarnya hernia diafragma memiliki penyebab yang cukup jelas. Kondisi ini bisa muncul sejak bayi masih berada di dalam kandungan, atau baru terjadi setelah seseorang mengalami cedera pada dada maupun perut.
Prevalensi hernia diafragma atau CDH secara global diperkirakan sekitar 2,6 per 10.000 kelahiran atau sekitar 1 dari 3.000 kelahiran hidup, berdasarkan data gabungan dari 19 negara anggota International Clearinghouse for Birth Defects Surveillance and Research (ICBDSR)
Maka dari itu, dengan memahami penyebabnya, Anda dan keluarga bisa lebih waspada, sekaligus membantu dokter menentukan langkah penanganan yang paling tepat.
Setidaknya ada dua jenis penyebab hernia diafragma yang wajib Anda ketahui seperti di bawah ini:
1. Hernia Diafragma Bawaan
Hernia diafragma bawaan atau hernia diafragmatika kongenital adalah kondisi ketika bayi sudah lahir dengan celah pada diafragma yang tidak menutup sempurna.
Hal ini menyebabkan organ perut, seperti usus, lambung, atau bahkan hati, bisa masuk ke rongga dada. Kondisi ini tergolong langka, tetapi sangat serius karena dapat mengganggu perkembangan paru-paru sejak dalam kandungan.
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab atau berperan dalam terjadinya hernia diafragma bawaan antara lain:
a. Kelainan Genetik dan Kromosom
Mutasi atau kelainan pada kromosom tertentu dapat mengganggu proses pembentukan diafragma.
Pada sebagian kasus, hernia diafragma kongenital juga dikaitkan dengan sindrom genetik tertentu yang memengaruhi pertumbuhan organ tubuh secara keseluruhan.
b. Paparan Bahan Kimia dari Lingkungan Sekitar
Janin yang terpapar bahan kimia berbahaya, misalnya pestisida, asap rokok, atau zat toksik tertentu selama kehamilan, berisiko lebih tinggi mengalami gangguan perkembangan organ, termasuk terbentuknya celah pada diafragma.
c. Kekurangan Nutrisi di dalam Kandungan
Asupan gizi ibu hamil yang tidak seimbang, terutama kurangnya vitamin A, asam folat, atau nutrisi penting lainnya, berpengaruh pada pembentukan organ vital janin.
Nutrisi yang kurang dapat menyebabkan diafragma tidak berkembang sempurna, sehingga meningkatkan risiko terjadinya hernia.
2. Hernia Diafragma yang Bukan Bawaan
Selain karena faktor bawaan lahir, hernia diafragma juga bisa terjadi akibat kondisi yang didapat setelah lahir, bahkan di usia dewasa. Hernia jenis ini dikenal dengan istilah hernia diafragmatika acquired.
Penyebab utamanya biasanya berkaitan dengan trauma atau cedera yang cukup berat di area dada atau perut.
Beberapa pemicu hernia diafragma yang bukan bawaan antara lain:
a. Cedera Akibat Kecelakaan
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab tersering. Benturan keras di bagian dada atau perut bisa merobek atau melemahkan otot diafragma, sehingga organ perut terdorong naik ke rongga dada.
b. Jatuh atau Benturan Keras di Area Dada atau Perut
Cedera olahraga atau jatuh dari ketinggian bisa menimbulkan trauma tumpul yang cukup kuat hingga menyebabkan robekan pada diafragma.
c. Luka Tusuk
Cedera akibat benda tajam, seperti pisau atau besi runcing, yang mengenai bagian dada atau perut dapat langsung menembus diafragma dan menciptakan celah.
d. Operasi di Bagian Dada atau Perut
Beberapa prosedur bedah besar, misalnya operasi pada organ paru atau hati, dapat menimbulkan komplikasi berupa kelemahan atau kerusakan pada diafragma. Jika tidak pulih sempurna, kondisi ini bisa berkembang menjadi hernia.
Pada kasus tertentu, hernia diafragma yang bukan bawaan mungkin tidak langsung menimbulkan gejala setelah cedera.
Gejalanya baru muncul beberapa waktu kemudian, ketika organ perut mulai masuk ke rongga dada dan mengganggu fungsi paru maupun jantung.
Gejala Hernia Diafragma
Gejala Hernia Diafragma - Takikardia | Sumber: Cleveland Clinic
Gejala hernia diafragma bisa berbeda-beda, tergantung pada usia pasien, tingkat keparahan, serta organ apa saja yang terdorong ke rongga dada.
Pada bayi, tanda-tanda biasanya muncul segera setelah lahir, sedangkan pada orang dewasa gejala bisa timbul secara bertahap.
Berikut beberapa gejala yang perlu Anda waspadai:
1. Napas Cepat (Takipnea)
Pasien dengan hernia diafragma sering kali bernapas lebih cepat dari normal. Hal ini terjadi karena paru-paru tertekan oleh organ perut yang naik ke rongga dada, sehingga kapasitas paru mengecil dan pertukaran oksigen terganggu.
Pada bayi, napas cepat sering disertai tarikan otot dada yang tampak jelas saat bernapas.
2. Denyut Jantung Meningkat (Takikardia)
Jantung akan berusaha mengompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Kondisi ini menyebabkan denyut jantung meningkat.
Bila dibiarkan, beban jantung dapat semakin berat, sehingga risiko komplikasi kardiovaskular pun bertambah.
3. Bibir dan Ujung Jari Membiru (Sianosis)
Sianosis adalah tanda tubuh kekurangan oksigen. Warna kebiruan pada bibir, kuku, atau ujung jari menunjukkan bahwa aliran darah tidak mendapatkan oksigen yang cukup akibat paru-paru terhimpit.
Jika terjadi pada bayi, maka sianosis merupakan tanda darurat medis yang memerlukan penanganan segera.
4. Perut Tampak Cekung, Sementara Dada Membesar
Salah satu tanda khas hernia diafragma adalah bentuk tubuh yang tidak normal. Perut terlihat lebih cekung karena sebagian besar organ perut berpindah ke rongga dada.
Sebaliknya, dada tampak membesar akibat penekanan dari organ yang naik. Kondisi ini dapat menyesatkan bila tidak disertai pemeriksaan penunjang, sehingga penting untuk segera dilakukan rontgen atau CT scan.
5. Nyeri perut
Pasien dewasa dengan hernia diafragma sering mengeluhkan rasa nyeri atau tidak nyaman di perut.
Nyeri ini bisa terjadi akibat usus atau lambung yang terjepit di rongga dada. Bila dibiarkan, organ yang terjepit berisiko mengalami gangguan aliran darah hingga nekrosis (kematian jaringan).
6. Sembelit
Hernia diafragma juga dapat mengganggu fungsi saluran cerna. Tekanan pada usus yang berpindah ke dada dapat menyebabkan pergerakan usus menjadi lambat.
Gejalanya berupa kesulitan buang air besar, perut terasa penuh, dan kadang disertai mual. Jika berlangsung lama, kondisi ini dapat memperburuk kesehatan pasien secara keseluruhan.
Diagnosis Hernia Diafragma
- Foto Rontgen dada, untuk melihat organ dalam perut yang naik dan masuk ke rongga dada
- CT scan atau MRI, untuk memeriksa diafragma dan organ perut secara lebih detail
- Echocardiogram, untuk memeriksa apakah fungsi jantung terganggu akibat tekanan dari organ perut
- Analisis gas darah, untuk mengukur kadar oksigen, karbondioksida, dan kadar pH darah, jika terjadi sesak napas yang parah
Komplikasi Hernia Diafragma
Hernia diafragma tidak hanya menimbulkan gangguan pernapasan sesaat, tetapi juga bisa berujung pada komplikasi jangka panjang jika tidak ditangani dengan baik.
Komplikasi ini terjadi karena organ perut yang masuk ke rongga dada dapat menekan paru-paru, jantung, dan organ vital lainnya. Pada bayi, kondisi ini bahkan bisa mengganggu pertumbuhan sejak dini.
Berikut adalah beberapa komplikasi utama yang mungkin muncul:
1. Gangguan Paru-Paru kronis
Paru-paru bisa mengalami hipoplasia (perkembangan tidak sempurna), sehingga pasien rentan sesak napas, infeksi paru, atau membutuhkan terapi oksigen jangka panjang.
2. Gastroesophageal Reflux (GERD)
GERD | Sumber: Academy of Nutrition and Dietetics
Tekanan pada lambung meningkatkan risiko asam lambung naik ke kerongkongan. Jika dibiarkan, GERD dapat menyebabkan iritasi kronis, luka pada esofagus, hingga risiko kanker kerongkongan.
3. Gangguan Pertumbuhan pada Bayi
Bayi dengan hernia diafragma sering mengalami keterlambatan tumbuh kembang, baik secara fisik (berat badan rendah) maupun kognitif akibat keterbatasan suplai oksigen dan nutrisi.
4. Hipoksemia
Kadar oksigen yang rendah secara kronis dapat menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk otak.
Pada bayi dan anak, ini bisa berisiko pada gangguan belajar, keterlambatan bicara, atau bahkan kecacatan permanen.
5. Hipertensi Pulmonal
Tekanan darah tinggi di paru-paru mengganggu fungsi jantung dan pertukaran oksigen. Kondisi ini berbahaya karena bisa menyebabkan gagal jantung kanan.
6. Hilang Pendengaran
Meski jarang diketahui, komplikasi pendengaran dapat muncul akibat trauma, tekanan tinggi, atau prosedur medis seperti penggunaan obat ototoksik selama perawatan.
Berikut adalah gejala hernia diafragma yang berupa dampak utama beserta risiko jangka panjangnya:
Komplikasi |
Dampak Utama |
Risiko Jangka Panjang |
Gangguan paru kronis |
Paru-paru tidak berkembang optimal |
Sesak napas, infeksi paru berulang |
GERD |
Asam lambung naik ke kerongkongan |
Luka esofagus, kanker esofagus |
Pertumbuhan bayi terganggu |
Berat badan & perkembangan lambat |
Hambatan fisik & kognitif |
Hipoksemia |
Oksigen darah rendah |
Kerusakan otak, cacat permanen |
Hipertensi pulmonal |
Tekanan darah paru meningkat |
Gagal jantung kanan |
Hilang pendengaran |
Gangguan telinga akibat perawatan/tekanan |
Kesulitan bicara & belajar |
Pencegahan Hernia Diafragma
Mencegah hernia diafragma sebenarnya bisa dimulai dari kebiasaan sederhana sehari-hari. Banyak kasus terjadi akibat cedera, tekanan berlebih, atau kelalaian dalam berkendara maupun beraktivitas.
Dengan langkah pencegahan yang tepat, risiko bisa ditekan hingga jauh lebih rendah. Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan:
1. Berhati-hati Saat Berkendara
Risiko kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu pemicu cedera pada perut dan dada yang bisa berujung pada hernia diafragma. .
Artinya, dengan mengemudi lebih hati-hati dan mematuhi rambu lalu lintas, Anda bisa menurunkan risiko cedera hingga seperlima dari potensi bahaya.
2. Selalu Gunakan Sabuk Pengaman dan Helm
Dalam penerapannya, perlu diketahui bawha sabuk pengaman dapat mengurangi risiko cedera fatal hingga sekitar 45-50%.
Sabuk ini mencegah tubuh terlempar keluar kendaraan dan mendistribusikan energi benturan pada bagian tubuh yang lebih kuat seperti pinggang dan dada, sehingga mengurangi cedera serius pada benturan yang dapat merobek otot diafragma.
3. Hindari Aktivitas dengan Risiko Cedera Dada atau Perut
Aktivitas seperti bela diri tanpa pelindung seperti olahraga kontak fisik keras, atau mengangkat beban secara tiba-tiba bisa meningkatkan tekanan di rongga perut.
4. Batasi Konsumsi Alkohol, Terutama Sebelum Berkendara
Minuman beralkohol meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas hingga 7 kali lipat dibanding pengemudi normal.
Selain itu, alkohol juga dapat menurunkan refleks tubuh dan memperburuk kondisi jika terjadi benturan.
Dengan membatasi konsumsi atau bahkan menghindari alkohol, peluang Anda terhindar dari cedera traumatis akibat kecelakaan akan lebih tinggi.
Baca Juga: Hernia pada Wanita - Penyebab, Tanda, Pengobatan & Pencegahan
Pengobatan Hernia Diafragma
Penanganan hernia diafragma sangat bergantung pada jenisnya (bawaan atau didapat), tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Dokter akan mempertimbangkan usia, daya tahan tubuh, serta respons pasien terhadap obat maupun prosedur medis sebelum menentukan metode terapi.
Hernia Diafragma Bawaan
Pada kasus hernia diafragmatika kongenital, penanganan umumnya lebih kompleks karena melibatkan bayi baru lahir dengan kondisi yang masih sangat rapuh.
Beberapa tahapan perawatan biasanya mencakup:
1. Perawatan Intensif Neonatal (NICU)
Bayi dengan hernia bawaan umumnya mengalami gangguan pernapasan sejak lahir. Karena itu, mereka akan dirawat di ruang NICU dengan dukungan alat bantu napas.
Fokus utamanya adalah menstabilkan kadar oksigen dan memastikan bayi cukup kuat untuk menjalani tindakan berikutnya.
2. Dukungan ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation)
Bagi bayi dengan fungsi paru dan jantung yang sangat lemah, ECMO bisa menjadi “jembatan penyelamat”.
Mesin ini bekerja seperti paru-paru dan jantung buatan yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh sambil memberi oksigen.
Studi di jurnal World Journal of Pediatric Surgery (Inggris) yang mereview 225 kasus menunjukkan tingkat survival bayi dengan hernia diafragma secara keseluruhan 60%, dan khusus pasien yang mendapatkan terapi ECMO tingkat survival sekitar 52%.
3. Operasi Bedah Anak
Setelah kondisi bayi dinyatakan stabil, dokter akan melakukan operasi untuk mengembalikan organ perut (seperti usus atau lambung) yang berpindah ke rongga dada kembali ke posisinya.
Lubang pada diafragma kemudian ditutup agar tidak terjadi kekambuhan. Waktu ideal operasi biasanya antara 48–72 jam setelah kelahiran, tergantung stabilitas kondisi bayi.
Hernia Diafragma yang Didapat
Untuk pasien dewasa maupun anak yang mengalami hernia akibat trauma (bukan bawaan lahir), pilihan terapi umumnya berupa tindakan operasi, antara lain:
1. Operasi Terbuka
Dokter membuat sayatan lebih besar pada bagian perut atau dada untuk mengakses dan memperbaiki diafragma. Teknik ini cocok untuk kasus kompleks, namun proses pemulihan biasanya memakan waktu lebih lama.
2. Operasi Laparoskopi (Minimal Invasif)
Melalui beberapa sayatan kecil, dokter memasukkan kamera dan instrumen bedah mini untuk memperbaiki diafragma. Keunggulan teknik ini adalah rasa nyeri yang lebih ringan, risiko infeksi lebih kecil, serta waktu pemulihan yang lebih singkat dibanding operasi terbuka.
Perbedaan Hernia Diafragma vs Eventrasio Diafragma
Meskipun sama-sama melibatkan diafragma, hernia diafragma dan eventrasio diafragma merupakan dua kondisi yang berbeda secara anatomi maupun klinis.
- Hernia diafragma: ada defek/lubang pada diafragma, sehingga organ perut masuk ke rongga dada. Gejala bisa berat (sesak, nyeri, gangguan pencernaan) dan biasanya perlu operasi.
- Eventrasio diafragma: diafragma utuh, tapi tipis/lemah sehingga terdorong naik ke atas. Organ tetap tertutup, hanya posisinya lebih tinggi. Umumnya ringan, operasi hanya bila menyebabkan gangguan
Baca Juga: Hernia pada Pria (Turun Berok): Gejala, Penyebab, dan Penanganan
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter apabila Anda atau anggota keluarga merasakan gejala seperti sesak napas, nyeri perut, atau perubahan bentuk dada dan perut yang tampak tidak normal.
Deteksi dini sangat penting, karena penanganan cepat dapat menyelamatkan nyawa, terutama pada kasus hernia diafragma pada bayi maupun pada pasien dewasa.
Di Tzu Chi Hospital, tim medis kami siap mendampingi setiap pasien dengan informasi yang akurat, layanan yang profesional, serta empati yang tulus.
Apabila membutuhkan pertolongan darurat, Anda dapat langsung mengakses layanan IGD 24 Jam Tzu Chi Hospital, atau berkonsultasi dengan tenaga medis secara cepat lewat WhatsApp resmi Tzu Chi Hospital.
Bagi Anda yang ingin berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis, silakan melihat profil lengkap tenaga medis kami di menu Cari Dokter.
Dengan layanan yang mengutamakan ketulusan, Tzu Chi Hospital selalu berkomitmen untuk menjadi rumah sakit pilihan bagi Anda dan keluarga dalam menjaga kesehatan.
Artikel ini telah ditinjau oleh Dr. Tony Yulianto, Sp.B, FICS, FISCP
Referensi:
National Center for Statistics and Analysis. (2025, January). Seat belt use in 2024 – overall results (Traffic Safety Facts Research Note. Report No. DOT HS 813 682). National Highway Traffic Safety Administration.
O'Connor, E., Tamura, R., Hannon, T., Harigopal, S., & Jaffray, B. (2023). Congenital diaphragmatic hernia survival in an English regional ECMO center. World Journal of Pediatric Surgery, 6(2).
Politis, M. D., Bermejo-Sánchez, E., Canfield, M. A., Contiero, P., Cragan, J. D., Dastgiri, S., de Walle, H., Feldkamp, M. L., Nance, A., Groisman, B., Gatt, M., Benavides-Lara, A., Hurtado-Villa, P., Kallén, K., Landau, D., Lelong, N., Lopez-Camelo, J., Martinez, L., Morgan, M., Mutchinick, O. M., Pierini, A., Rissmann, A., Šípek, A., Szabova, E., Wertelecki, W., Zarante, I., Bakker, M. K., Kancherla, V., Mastroiacovo, P., & Nembhard, W. N. (2020). Prevalence and Mortality Among Children with Congenital Diaphragmatic Hernia: A Multi-Country Analysis. Annals of Epidemiology, 56, 61–69.e3.
Related Article
Artikel Populer

Omeprazole: Manfaat, Dosis, Cara Minum, & Efek Samping

19 Ciri-ciri Hamil Muda pada Wanita, Kenali Sebelum Terlambat!

Menu Diet Sehat 7 Hari untuk Turunkan BB tanpa Menyiksa Diri

10 Rumah Sakit Terbaik di Jakarta, Fasilitas & Layanan Unggulan
