Tindakan Medis & Terapi
15 Efek Samping Transfusi Darah, Ringan Hingga yang Fatal!
Ditulis Oleh
Admin TzuChi • 07 November 2025

Efek samping transfusi darah sering kali menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pasien maupun keluarga yang hendak menjalani prosedur ini.
Meski transfusi darah terbukti menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahun, tak sedikit yang masih ragu karena takut akan risiko yang mungkin muncul setelahnya, mulai dari reaksi alergi ringan hingga komplikasi serius seperti sesak napas atau infeksi.
Kekhawatiran ini wajar, apalagi jika Anda belum tahu secara pasti apa yang sebenarnya bisa terjadi di tubuh setelah menerima darah donor.
Nah, agar tidak salah paham dan bisa lebih tenang, yuk simak penjelasan lengkap tentang berbagai efek samping transfusi darah, penyebabnya, serta cara mengantisipasinya hingga akhir artikel ini.
Penyebab Transfusi Darah

Efek Samping Transfusi Darah | Sumber: MDS UK Patient Support Group
Meskipun terdapat efek samping transfusi darah yang perlu diwaspadai, prosedur ini adalah intervensi medis yang vital dan sering kali menjadi penyelamat jiwa.
Transfusi darah diperlukan ketika kondisi Anda mengalami kekurangan darah atau komponen darah yang parah.
Hb berapa harus transfusi darah? Umumnya, pada kasus anemia berat atau kondisi medis tertentu, transfusi sel darah merah (PRC) sering direkomendasikan ketika kadar hemoglobin (Hb) Anda sudah terlalu rendah, sering kali di bawah 8 g/dL.
Namun, keputusan ini akan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien secara keseluruhan, bukan hanya angka Hb semata.
Penentuan maksimal transfusi darah per hari pun akan dipertimbangkan oleh dokter berdasarkan kondisi gawat darurat dan toleransi tubuh pasien.
Transfusi darah berapa lama prosesnya? Biasanya, proses transfusi darah dapat berlangsung antara 1,5 hingga 4 jam, tergantung pada jenis dan jumlah komponen darah yang diberikan.
Adapun beberapa kondisi yang memerlukan transfusi darah meliputi:
- Perdarahan berat akibat cedera, operasi, atau persalinan.
- Anemia berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan lain, seperti anemia defisiensi besi atau anemia aplastik.
- Kelainan darah kronis, seperti thalasemia atau hemofilia, yang memerlukan transfusi rutin.
- Kanker darah (leukemia) atau pasien yang menjalani transplantasi sel punca.
- Gagal ginjal atau hati yang menyebabkan gangguan produksi sel darah merah.
Efek Samping Transfusi Darah
Meskipun transfusi darah umumnya aman dan berpotensi menyelamatkan jiwa, prosedur ini tetap memiliki risiko transfusi darah atau komplikasi transfusi darah yang dapat muncul, mulai dari reaksi ringan hingga serius.
Sebuah studi menunjukkan bahwa risiko reaksi transfusi darah sekitar 4%, dengan mayoritas reaksi berupa alergi ringan dan demam non-hemolitik.
Reaksi serius sangat jarang terjadi dan biasanya berkaitan dengan kesalahan identifikasi darah atau pasien. Komplikasi dapat muncul segera saat transfusi atau beberapa hari hingga minggu kemudian.
Berikut adalah 15 efek samping transfusi darah yang mungkin terjadi:
1. Reaksi Demam Non-Hemolitik (FNHTR)
Seringkali, efek samping transfusi darah pertama yang muncul adalah demam. Jenis demam ini biasa dikenal sebagai FNHTR, salah satu komplikasi transfusi darah yang paling umum.
Tubuh Anda bereaksi terhadap sel darah putih sisa dalam darah donor. Biasanya, demam ini ringan dan muncul dalam beberapa jam setelah transfusi dimulai.
2. Reaksi Alergi Ringan (Urtikaria)
Selain demam, efek samping transfusi darah juga bisa merespons dengan reaksi hipersensitivitas ringan.
Setelah melewati fase demam, Anda mungkin merasakan gatal-gatal, ruam merah, atau bengkak ringan. Ini hanyalah reaksi alergi umum terhadap protein dalam darah yang ditransfusikan, mudah diatasi dengan obat antihistamin.
3. Reaksi Hemolitik Akut (AHTR)
AHTR adalah risiko transfusi darah yang jauh lebih serius dibandingkan dua efek samping transfusi darah sebelumnya.
Efek samping transfusi darah ini terjadi ketika ada ketidakcocokan golongan darah total (kesalahan ABO).
Hal ini menyebabkan sistem imun Anda langsung "menyerang" sel darah merah donor. Gejala muncul sangat cepat, dalam hitungan menit, ditandai nyeri punggung hebat, demam tinggi, dan urine berwarna gelap.
4. Reaksi Hemolitik Tertunda (DHTR)
Jika AHTR terjadi sangat cepat, reaksi yang satu ini sifatnya tertunda. DHTR juga melibatkan penghancuran sel darah merah, tetapi gejala baru muncul beberapa hari hingga 2 minggu setelah transfusi.
Meskipun tidak se-akut AHTR, ini tetap menyebabkan penurunan kadar Hb yang signifikan, memberikan gambaran berapa lama efek samping transfusi darah bisa muncul secara tertunda.
5. Kelebihan Cairan Akibat Transfusi (TACO)
Beralih dari reaksi imun, kita masuk ke masalah volume. TACO adalah kondisi di mana tubuh menerima cairan terlalu cepat, menyebabkan kelebihan cairan menumpuk di paru-paru dan jantung. Gejala berupa sesak napas akut dan nyeri dada, muncul dalam 6 jam setelah transfusi selesai.
6. Cedera Paru Akut Terkait Transfusi (TRALI)
Terkait dengan paru-paru, ada TRALI, sebuah komplikasi transfusi darah yang fatal dan langka. Reaksi ini dipicu oleh antibodi donor yang merusak paru-paru penerima.
Gejala utamanya adalah kesulitan bernapas dan tekanan darah rendah, biasanya muncul dalam 6 jam pertama.
Studi tahun 2025 menunjukkan risiko reaksi serius seperti transfusi terkait cedera paru akut (TRALI), kelebihan cairan, dan reaksi hemolitik akut sangat jarang terjadi, sekitar 1 dalam 10.000 sampai 1 dalam 1 juta transfusi
7. Infeksi Bakteri (Septismia)
Meskipun proses skrining sangat ketat, darah donor dapat terkontaminasi oleh bakteri. Jika ini terjadi, penerima berisiko mengalami infeksi berat atau septisemia, yang merupakan efek samping transfusi darah yang serius.
8. Penularan Infeksi Virus
Selain bakteri, potensi penularan virus juga ada, walau sangat langka. Virus seperti HIV, Hepatitis B dan C, adalah efek samping transfusi darah jangka panjang yang paling dikhawatirkan.
Ini karena gejala penyakit bisa baru muncul berbulan-bulan hingga bertahun-tahun kemudian.
9. Kelebihan Zat Besi (Hemokromatosis)
Ini adalah masalah yang muncul jika Anda termasuk pasien yang memerlukan transfusi darah rutin. Setiap unit darah membawa zat besi, dan transfusi berulang menyebabkan penumpukan zat besi berlebih di organ vital.
Ini murni merupakan efek samping transfusi darah jangka panjang yang terjadi pada penderita thalasemia.
10. Penyakit Graft-Versus-Host (TA-GVHD)
Salah satu risiko transfusi darah yang sangat langka namun serius terjadi pada pasien imunokompromis.
Sel darah putih donor (graft) mengenali sel penerima (host) sebagai benda asing dan menyerangnya. Efek samping transfusi darah ini biasanya muncul hari hingga minggu setelah prosedur.
11. Reaksi Anafilaktik
Kembali ke masalah alergi, anafilaktik adalah tingkat alergi paling parah. Reaksi ini menyerang segera setelah transfusi dimulai, menyebabkan pembengkakan tenggorokan dan wajah serta penurunan tekanan darah yang mengancam nyawa.
12. Penurunan Tekanan Darah (Hipotensi)
Penurunan tekanan darah atau biasa disebut dengan darah rendah, dapat terjadi terutama pada transfusi plasma. Tekanan darah bisa mendadak turun drastis selama atau segera setelah transfusi.
13. Kadar Kalsium Rendah (Hipokalsemia)
Jika Anda menerima volume darah yang besar atau transfusi dilakukan terlalu cepat (melebihi batasan aman maksimal transfusi darah per hari), zat pengawet (sitrat) dalam darah donor dapat mengikat kalsium Anda. Ini adalah komplikasi transfusi darah yang perlu diwaspadai.
14. Kadar Kalium Tinggi (Hiperkalemia)
Sebaliknya, sel darah merah yang tersimpan lama bisa melepaskan kalium ke dalam plasma. Jika volume transfusi besar, lonjakan kalium ini bisa terjadi, berisiko mengganggu irama jantung.
15. Purpura Pasca Transfusi (PTP)
Terakhir, PTP adalah efek samping transfusi darah yang langka, di mana jumlah trombosit Anda tiba-tiba anjlok drastis. Gejalanya baru muncul sekitar 5 hingga 10 hari pasca-transfusi, menunjukkan bahwa reaksi terhadap transfusi bisa memerlukan waktu untuk berkembang.
Baca Juga: 6 Obat Kanker Darah: Jenis, Cara Kerja dan Efek Samping
Kapan Harus ke Dokter?
Berapa lama efek samping transfusi darah ini akan muncul? Reaksi transfusi dapat terjadi:
- Segera (selama transfusi atau dalam beberapa jam pertama).
- Tertunda (beberapa hari hingga minggu).
- Jangka Panjang (bulan hingga tahun, seperti kelebihan zat besi atau penularan infeksi).
Anda harus segera mencari pertolongan medis atau memberitahu staf medis yang bertugas jika Anda mengalami gejala apa pun setelah transfusi darah, terutama jika Anda melihat tanda-tanda berikut:
- Demam tinggi (di atas 38∘C) dan menggigil hebat.
- Sesak napas, batuk, atau nyeri dada.
- Pusing, pingsan, atau perubahan kesadaran.
- Nyeri parah di punggung bawah, pinggang, atau tempat infus.
- Urine berwarna merah gelap atau hitam.
- Ruam, gatal-gatal, atau pembengkakan yang parah (terutama di wajah atau tenggorokan).
Meskipun efek samping transfusi darah jangka panjang seperti kelebihan zat besi memerlukan penanganan rutin, gejala akut harus segera diidentifikasi untuk mencegah risiko transfusi darah yang fatal.
Apakah Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai prosedur atau persiapan transfusi darah?
Silakan tanyakan dan konsultasi lebih lanjut dengan dokter kami di Tzu Chi Hospital. Anda bisa hubungi via WhatsApp untuk segera menjadwalkan janji temu.
Artikel ini telah ditinjau oleh dr. Hardy, Sp.PD
Referensi:
National Library of Medicine. Transfusion Reactions.
Tabari Biomedical Student Research Journal. Prevalence of Adverse Transfusion Reactions in Hospitalized Patients in Tertiary Heart Center of Sari, Iran in 2014-2020.
Related Article
Artikel Populer

Omeprazole: Manfaat, Dosis, Cara Minum, & Efek Samping

Menu Diet Sehat 7 Hari untuk Turunkan BB tanpa Menyiksa Diri

5 Cara Menghitung Usia Kehamilan Akurat, Plus Tabel Usia Kehamilan

19 Ciri-ciri Hamil Muda pada Wanita, Kenali Sebelum Terlambat!

