Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit

Jantung Koroner: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Bahayanya

logo author

Ditulis Oleh

Admin TzuChi22 September 2025

BAGIKAN
artikel feature image

Pembuluh darah (arteri) koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah dan nutrisi ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah kondisi dimana terjadi gangguan aliran darah dan oksigenasi ke otot jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner.

Menurut data dari WHO, penyakit ini menyumbang sekitar 15,3% atau 259,297 dari kasus kematian di Indonesia pada tahun 2020. Ini membuatnya sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di tanah air.

Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki risiko penyakit ini hingga gejalanya muncul dalam kondisi yang berat dan mengancam nyawa, seperti serangan jantung dan henti jantung.

Untuk mencegah hal itu terjadi, penting mengenali tanda-tanda, penyebab, serta langkah pencegahannya melalui artikel berikut!

Apa Itu Penyakit Jantung Koroner?

penyakit jantung koroner
Ilustrasi Gambar Jantung Koroner | Sumber: MyDoctor

Penyakit jantung koroner atau “coronary artery disease” adalah kondisi ketika pembuluh darah arteri koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan.

Penyempitan bisa terjadi karena penumpukan plak (timbunan lemak, kolesterol dan zat lain misalnya kapur) dalam dinding arteri. Jika plak terus menumpuk, aliran darah bisa terhambat secara signifikan atau bahkan tersumbat sepenuhnya.

Jika Anda bertanya, jantung koroner apa bahayanya? Apabila pembuluh sampai tersumbat penuh, bahayanya bisa berujung serangan jantung atau henti jantung mendadak.

Namun, penyumbatan yang terjadi tidak selalu dengan cara yang sama, para ahli menggolongkan klasifikasi penyakit jantung koroner menjadi empat, yaitu:

  • Jantung Koroner Obstruktif: Penyumbatan pada pembuluh darah besar di jantung mencapai ≥50%.

  • Jantung Koroner Non-obstruktif: Penyumbatan di bawah <50%, tetapi tetap mengganggu aliran darah.

  • Mikrovaskular Koroner: Menyerang pembuluh darah kecil di dalam otot jantung dan sering sulit dideteksi dengan alat konvensional.

  • Diseksi Spontan Arteri Koroner (SCAD): Robekan mendadak pada dinding arteri koroner yang dapat memicu serangan jantung, meski tanpa adanya plak.

Gejala Penyakit Jantung Koroner

Lantas, apa yang dirasakan penderita jantung koroner? Umumnya, gejalanya bisa tidak terasa di awal atau sangat ringan.

Hal ini karena penyakit jantung koroner berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun akibat penumpukan plak di dinding arteri.

Berikut gejala umum yang penderitanya rasakan:

  • Nyeri Dada (Angina): Muncul rasa nyeri yang terasa berat, terhimpit, tertindih, sesak atau terbakar di bagian tengah atau kiri dada secara berulang, terutama saat beban jantung meningkat akibat aktivitas fisik, stress, emosi atau konsumsi obat-obatan tertentu

  • Sesak Napas (Dyspnea): Kesulitan bernapas bahkan saat aktivitas ringan, biasanya karena suplai oksigen ke otot jantung tidak mencukupi atau sudah terjadi gangguan pompa jantung.

  • Kelelahan: Merasa mudah lelah padahal tidak melakukan aktivitas berat.

  • Serangan jantung: Nyeri dada hebat seperti sedang ditekan beban berat akibat pembuluh darah yang tersumbat sepenuhnya, durasi biasanya lebih dari 20 menit, tidak membaik dengan istirahat. Gejala serangan jantung seringkali disertai keringat dingin, sesak napas, kelelahan, hingga muntah.

Selain gejala tersebut,  gejala yang mungkin timbul juga bisa tidak khas, biasanya dialami oleh wanita, lansia, dan penderita diabetes. Beberapa gejalanya meliputi:

  • Rasa tidak nyaman di perut bagian atas.

  • Nyeri di leher, punggung atas, atau rahang.

  • Nyeri dada ringan atau tidak ada sama sekali.

  • Sesak napas dan kelelahan luar biasa.

  • Keringat dingin, mual dan muntah.

Baca Juga: Jantung Bocor: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya 

Penyebab Jantung Koroner

penyakit jantung koroner
Penyebab Jantung Koroner | Sumber: Long More Clinic

Selain mengetahui gejalanya, penting mengetahui penyebab jantung koroner itu?

Penyebab paling umum adalah penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah yang memasok darah dan oksigen ke otot jantung oleh plak. Dalam dunia medis, kondisi tersebut disebut dengan aterosklerosis.

Penumpukan plak akan menyebabkan arteri semakin sempit, sehingga aliran darah ke jantung terganggu. Akibatnya muncul gejala seperti nyeri dada dan sesak napas.

Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tersebut, yaitu:

  • Tekanan darah tinggi (Hipertensi): Akibatnya jantung harus bekerja lebih berat dan mempercepat kerusakan dinding arteri.

  • Kolesterol tinggi: Kadar kolesterol LDL yang tinggi meningkatkan risiko penumpukan plak.

  • Kurang Olahraga: Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan penumpukan lemak di arteri dan memperbesar risiko serangan jantung atau stroke.

  • Merokok: Nikotin dan karbon monoksida dari asap rokok bisa merusak lapisan pembuluh darah koroner dan mempercepat pembentukan bekuan darah.

  • Lipoprotein (a) Tinggi: Kondisi ini diwariskan secara genetik dan ditandai dengantingginya lipoprotein (partikel lemak dan protein mirip kolesterol LDL), sehingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Diagnosis Jantung Koroner

Untuk mengetahui apakah Anda mengalami penyakit ini, dokter akan melakukan pemeriksaan klinis, penilaian risiko, hingga pemeriksaan lanjutan untuk memastikan adanya gangguan pada pembuluh darah jantung.

Berikut beberapa diagnosis paling umum:

1. Diagnosis Umum

  • Wawancara mengenai riwayat medis pribadi dan keluarga.

  • Wawancara mengenai pola hidup pribadi.

  • Pemeriksaan tekanan darah.

  • Pemeriksaan detak jantung dengan stetoskop.

  • Pemeriksaan profil lipid dari darah untuk mengukur kadar kolesterol total, LDL,  HDL, dan trigliserida.

2. Diagnosis Lanjutan

  • Elektrokardiogram: Mengukur aktivitas listrik jantung dan mendeteksi gangguan irama atau kerusakan otot jantung.

  • Tes treadmill: Mengamati respons jantung saat beraktivitas fisik.

  • Rontgen dada: Untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung.

  • MRI Jantung: Memberikan gambaran struktur jantung secara detail.

  • Ekokardiogram: Menggunakan gelombang suara untuk melihat struktur jantung.

  • Pemindaian Perfusi Miokard: Memeriksa aliran darah ke otot jantung.

  • CT Scan Koroner: Pemeriksaan non-invasif dengan sinar-X untuk memvisualisasikan pembuluh darah jantung.

  • Angiografi Koroner: Pemeriksaan invasif menggunakan zat berbasis iodin yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah melalui kateter untuk melihat potensi penyumbatan.

Pengobatan Jantung Koroner

Banyak yang bertanya “Apakah jantung koroner bisa disembuhkan?”.

Sayangnya, penyakit ini tidak bisa sembuh secara total. Namun jantung koroner bisa sembuh dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup, meski tidak sepenuhnya.

Beberapa penanganan untuk membantu mengurangi kehadiran plak dalam pembuluh darah serta mengurangi risiko serangan jantung, melalui:

1. Perubahan Gaya Hidup

  • Diet rendah lemak jenuh dan kolesterol

  • Menghentikan merokok

  • Olahraga teratur

  • Mengelola stres

  • Mengontrol kadar gula darah (bagi penderita diabetes)

2. Obat-obatan

  • Beta-blocker: Menghambat efek hormon adrenalin agar tekanan darah menurun dan mengurangi beban kerja jantung.

  • Statin: Menghambat enzim di hati yang berperan dalam produksi kolesterol.

  • ACE inhibitor: Menghambat enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II, yaitu zat yang menyebabkan pembuluh darah menyempit.

  • Aspirin: Menghambat kerja enzim COX yang menyebabkan trombosit menggumpal, sehingga darah lebih “encer” dan risiko pembekuan darah berkurang.

3. Tindakan Medis (Khusus Kasus yang Lebih Serius)

  • Angioplasti & stent: Pemasangan balon dan jaring logam untuk menekan plak ke dinding arteri dan membuka aliran darah.

  • Atherectomy: Mengikis plak dari dinding arteri dengan alat khusus seperti pisau kecil, bor berputar, atau laser.

  • Bypass jantung: Operasi untuk melewati bagian arteri koroner yang tersumbat dengan membuat jalur baru aliran darah ke otot jantung.

Cara Mencegah Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner yang disebabkan karena genetik dan faktor usia sayangnya tidak bisa dicegah.

Namun ada beberapa faktor lain yang bisa dikendalikan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner sejak dini.

Berikut penjelasannya.

  • Hindari makanan tinggi lemak dan perbanyak konsumsi sayur, buah, biji-bijian, kacang, ikan berlemak, dan protein tanpa lemak.

  • Kurangi kebiasaan merokok sebagai salah satu penyebab kerusakan pembuluh darah.

  • Lakukan olahraga sedang minimal 30 menit (seperti jalan cepat) selama 5 kali per minggu.

  • Kelola stres dengan meditasi, olahraga, dan mengatur pernapasan.

  • Kelola dan pastikan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol berada di rentang normal sesuai anjuran dokter.

  • Batasi konsumsi alkohol karena bisa membebani jantung dan pembuluh darah.

  • Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi dini risiko jantung koroner dan mendapatkan penanganan segera.

Baca Juga: 20 Ciri-Ciri Penyakit Jantung, Sadari Sebelum Terlambat! 

Kapan Harus Waspada?

Anda harus waspada apabila mengalami gejala-gejala yang sudah dibahas untuk mengantisipasi risiko jantung koroner.

Kabar baiknya, risiko ini bisa dicegah sejak dini dengan melakukan skrining jantung komprehensif di Tzu Chi Hospital.

Layanan ini membantu diagnosis lengkap yang meliputi deteksi gangguan irama jantung, risiko penyumbatan pembuluh darah, hingga tanda awal penyakit jantung koroner.

Jika Anda merasa khawatir atau memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini, segera buat janji temu via WhatsApp Call Center Tzu Chi Hospital.

Anda juga bisa gunakan menu Cari Dokter untuk menemukan dokter spesialis jantung terbaik di Tzu Hospital dan memeriksa jadwal praktiknya.

Ambil langkah pencegahan sekarang sebelum terlambat!

 

 


Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Stephanie Salim, Sp.JP, FIHA

 

 

Referensi:

Penyakit jantung koroner di Indonesia - WHO

Coronary Heart Disease - What Is Coronary Heart Disease? | NHLBI, NIH

Coronary heart disease - Diagnosis - NHS

Coronary heart disease - Treatment - NHS

Coronary Artery Disease: Prevention, Treatment and Research | Johns Hopkins Medicine


Related Article

Topik Terkini



VIDEOS