Pencegahan & Deteksi Dini Penyakit
Jantung Bocor: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Ditulis Oleh
Admin TzuChi • 22 September 2025

Jantung bocor adalah kondisi struktur jantung, baik di bilik (VSD/Ventricular Septal Defect), serambi (ASD/Atrial Septal Defect), atau katup jantung tidak menutup dengan sempurna sehingga aliran darah tidak berjalan normal. Meski terdengar menakutkan, kondisi ini bisa ditangani dengan baik jika dideteksi sejak dini.
Kamu mungkin bertanya-tanya, jantung bocor bisa bertahan berapa lama? Apakah jantung bocor bisa sembuh?
Untuk menjawab itu, mari kita pahami lebih dalam mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengobatinya di bawah ini!
Gejala Jantung Bocor

Ilustrasi Jantung Bocor di Bilik & Serambi | Foto: St Vincent's Heart Health
Pada tahap awal, jantung bocor sering kali tidak menunjukkan tanda yang jelas. Banyak orang bahkan tidak menyadarinya sampai dokter menemukan kelainan saat pemeriksaan fisik, misalnya mendengar suara desiran tidak normal melalui stetoskop.
Seiring waktu, gejala dapat mulai muncul dan tingkat keparahannya berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari lokasi kebocoran, besar kecilnya lubang atau gangguan pada katup, serta usia pasien.
Itulah sebabnya gejala jantung bocor bisa tampak samar pada sebagian orang, tetapi mungkin sangat mengganggu pada sebagian lainnya.
Gejala Umum Jantung Bocor
Salah satu jenis jantung bocor yang paling sering ditemukan adalah VSD atau kebocoran pada sekat bilik jantung.
Kondisi ini membuat darah dari bilik kiri bercampur dengan darah di bilik kanan, sehingga menimbulkan beban tambahan pada jantung dan paru-paru.
Pada sebuah studi yang melakukan penelitian sistematik pada tahun 2024 tentang tanda klinis VSD, hasilnya menunjukkan beberapa gejala umum meliputi batuk (55,5%), sesak nafas (43,3%), kesulitan menyusu atau makan (37,7%), gagal tumbuh (37,7%), kelelahan (33,3%), dan murmur pansistolik yang terdengar pada 100% pasien dengan VSD kecil maupun besar.
Untuk lebih lengkapnya, silakan simak penjelasan gejalanya di bawah ini:
1. Batuk Berkepanjangan
Batuk yang muncul terus-menerus, terutama ketika berbaring, bisa menjadi tanda jantung bocor.
Hal ini disebabkan penumpukan cairan di paru-paru akibat aliran darah yang tidak normal. Pada sebagian orang, batuk juga bisa disertai dahak berbusa atau bercampur darah.
2. Mudah Lelah
Kelelahan berlebihan menjadi salah satu ciri-ciri jantung bocor yang sering diabaikan. Tubuh merasa cepat letih walaupun aktivitas yang dilakukan ringan.
Kondisi ini muncul karena jantung tidak mampu memompa darah secara efisien sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh berkurang.
3. Detak Jantung Cepat atau Tidak Teratur
Untuk gejala ini, penderita bisa merasakan jantung berdebar lebih kencang dari biasanya atau terasa “loncat-loncat.”
Hal ini menandakan irama jantung mulai terganggu karena kebocoran membuat aliran darah menjadi tidak seimbang.
4. Tekanan atau Sesak di Dada
Rasa tertekan di dada, bahkan terkadang seperti ada beban berat, bisa dirasakan oleh penderita jantung bocor.
Gejala ini sering disalahartikan sebagai masalah pernapasan biasa, padahal sebenarnya jantung sedang kesulitan bekerja.
5. Pembengkakan pada Kaki dan Perut
Ketika darah tidak bisa mengalir dengan baik, cairan akan menumpuk di jaringan tubuh. Inilah yang membuat pergelangan kaki, telapak kaki, bahkan perut terlihat bengkak. Pada kondisi lebih parah, bengkak bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
6. Sulit Bernapas
Sesak napas merupakan salah satu gejala paling umum. Awalnya hanya terasa setelah aktivitas, tetapi pada kondisi lebih berat, penderita bisa merasa terengah-engah meskipun sedang beristirahat.
7. Sulit Bernapas Saat Telentang
Banyak penderita mengeluhkan napas semakin pendek ketika berbaring. Hal ini karena cairan di paru-paru makin menekan saluran pernapasan. Posisi tidur terlentang membuat keluhan semakin terasa.
8. Pingsan atau Hampir Pingsan
Pada sebagian kasus, penderita bisa mengalami pusing mendadak hingga kehilangan kesadaran. Hal ini terjadi karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup akibat jantung yang melemah.
Baca Juga: Henti Jantung: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahannya
Gejala Berdasarkan Lokasi Kebocoran Katup
Tidak semua gejala jantung bocor sama pada setiap orang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh bagian katup mana yang mengalami gangguan.
Karena setiap katup jantung memiliki peran penting dalam mengatur aliran darah, kebocoran pada masing-masing katup dapat menimbulkan keluhan yang berbeda seperti di bawah ini:
1. Jantung Bocor pada Katup Mitral
Kebocoran pada katup mitral sering menyebabkan sesak napas yang semakin berat saat beraktivitas.
Hal ini karena darah kembali masuk ke paru-paru sehingga membuat pasien cepat merasa lelah.
2. Jantung Bocor pada Katup Trikuspid
Jika kebocoran terjadi pada katup trikuspid, gejala yang paling sering muncul adalah pembengkakan akibat cairan yang menumpuk, terutama di kaki, pergelangan, dan area perut.
Pasien juga dapat mengalami rasa tidak nyaman di perut karena hati ikut membesar.
3. Jantung Bocor pada Katup Aorta
Kebocoran pada katup aorta dapat menyebabkan aliran darah kembali masuk ke ventrikel kiri. Kondisi ini membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya, penderita sering merasakan nyeri dada, pusing, atau bahkan pingsan saat beraktivitas berat.
Pada tahap lanjut, gejala dapat berupa pembengkakan kaki serta detak jantung yang semakin tidak beraturan.
4. Jantung Bocor pada Katup Pulmonal
Kebocoran katup pulmonal umumnya menimbulkan gejala yang lebih ringan dibandingkan katup lain, tetapi tetap berisiko jika tidak ditangani. Darah yang kembali ke ventrikel kanan dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru.
Penderita biasanya mengalami sesak napas, mudah lelah, dan dalam beberapa kasus dapat terjadi pembengkakan pada tungkai.
Gejala Jantung Bocor pada Anak dan Bayi
Penyakit jantung bawaan (CHD) mencakup berbagai kelainan struktural pada jantung, termasuk VSD, ASD, dan PDA.
Jadi, kondisi yang sering disebut “jantung bocor” sebenarnya merupakan salah satu manifestasi paling umum dari CHD, menjadikan kelainan ini indikator penting untuk mendeteksi dan memantau penyakit jantung bawaan pada anak.
Pada sebuah penelitian tahun 2021, lebih dari 4,18 juta anak di bawah lima tahun di seluruh dunia didiagnosis menderita penyakit jantung bawaan (congenital heart disease/CHD), meningkat 3,4% sejak 1990.
Gejala kelainan struktural jantung seperti VSD, ASD, atau PDA pada bayi dan anak sering tidak spesifik dan mudah disalahartikan, sehingga pemeriksaan rutin dan deteksi dini menjadi sangat penting.
Orang tua perlu lebih peka terhadap tanda-tanda yang muncul, karena kondisi ini bisa memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari si kecil.
Umumnya, gejala terlihat dari kemampuan anak saat makan, bernapas, maupun beraktivitas. Berikut beberapa ciri yang perlu diwaspadai:
1. Cepat Lelah Saat Makan atau Bermain
Gejala jantung bocor pada anak dan bayi sering kali ditandai dengan cepat kehabisan tenaga, bahkan saat menyusu atau bermain. Kondisi ini berbeda dengan anak sehat seusianya yang biasanya lebih aktif.
2. Berat Badan Sulit Bertambah
Pertumbuhan anak bisa terhambat. Berat badannya sulit naik meskipun asupan makanannya cukup. Hal ini terjadi karena energi lebih banyak terpakai untuk bernapas daripada untuk tumbuh.
3. Sesak Napas Saat Makan
Pada saat makan atau menyusu, anak sering terlihat terengah-engah. Napasnya bisa menjadi cepat dan pendek sehingga proses makan terganggu.
4. Napas Lebih Cepat dari Normal
Bayi atau anak tampak bernapas lebih cepat, bahkan saat sedang istirahat. Ini menjadi tanda bahwa jantung dan paru-paru bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Penyebab Jantung Bocor
Perbedaan Jantung Normal vs Jantung Bocor di Bilik (VSD) | Foto: Dr. Alessandro Giardini
Pada sebagian kasus, kebocoran bahkan dapat terjadi pada lebih dari satu katup sekaligus, sehingga penyebabnya pun menjadi beragam, mulai dari proses penuaan, kelainan bawaan sejak lahir, hingga penyakit tertentu.
Berikut adalah beberapa penyebab yang dapat memicu terjadinya jantung bocor:
1. Proses Penuaan
Seiring bertambahnya usia, ukuran jantung bisa membesar. Hal ini membuat katup sedikit tertarik dan sulit menutup rapat. Itulah mengapa jantung bocor pada orang dewasa atau lansia lebih sering dipicu oleh faktor usia.
2. Gangguan Irama Jantung (Fibrilasi Atrium/AFib)
Pada kondisi gangguan irama jantung, bilik atas jantung tidak berdetak seirama dengan bilik bawah. Aliran darah pun menjadi tidak teratur, meningkatkan risiko penggumpalan darah, stroke, hingga komplikasi serius lainnya.
3. Penyakit Arteri Koroner
Penyumbatan pada pembuluh darah yang memberi suplai oksigen ke jantung bisa menyebabkan otot jantung kekurangan nutrisi. Jika dibiarkan, kondisi ini bukan hanya memicu serangan jantung, tetapi juga melemahkan katup sehingga lebih rentan bocor.
4. Gagal Jantung
Ketika otot jantung kehilangan kekuatan atau elastisitas, kemampuan memompa darah menjadi berkurang. Sirkulasi darah terganggu, dan tekanan dalam ruang jantung bisa menyebabkan kebocoran pada katup.
5. Prolaps Katup Mitral
Kondisi ini terjadi ketika satu atau dua daun katup mitral tidak menutup sempurna, lalu terdorong ke arah atrium kiri saat jantung berkontraksi. Akibatnya, sebagian darah mengalir balik ke atrium, memunculkan gejala seperti jantung berdebar dan sesak napas.
6. Riwayat Operasi Jantung Terbuka
Pasien yang pernah menjalani operasi besar pada jantung, misalnya untuk memperbaiki pembuluh darah atau mengganti katup, berisiko mengalami perubahan struktur jantung. Perubahan ini dapat melemahkan fungsi katup dan memicu kebocoran.
7. Infeksi Katup Jantung (Endokarditis)
Bakteri, virus, atau jamur yang masuk ke aliran darah bisa menempel pada katup jantung dan menyebabkan peradangan. Infeksi ini berbahaya karena berpotensi merusak katup secara permanen, memicu gagal jantung, bahkan menyebar ke organ vital lainnya.
8. Cacat Jantung Bawaan (Penyakit Jantung Bawaan)
Beberapa orang dilahirkan dengan kelainan pada struktur jantung, misalnya adanya lubang di dinding jantung.
Lubang ini membuat darah beroksigen mengalir kembali ke paru-paru alih-alih diedarkan ke seluruh tubuh, sehingga katup bekerja lebih keras dan rentan bocor.
9. Tumor Jantung
Walaupun jarang terjadi, adanya pertumbuhan jaringan abnormal di dalam atau sekitar jantung bisa mengganggu kerja katup. Tumor ini bisa bersifat jinak maupun ganas, dan dampaknya sangat bergantung pada lokasi serta ukurannya.
10. Penyakit Jantung Rematik
Infeksi bakteri streptokokus yang tidak diobati dengan tuntas dapat berkembang menjadi demam rematik, lalu merusak katup jantung. Kerusakan akibat penyakit ini sering kali menetap seumur hidup, sehingga meningkatkan risiko kebocoran katup.
Baca Juga: Pembengkakan Jantung: Ciri-Ciri, Penyebab, Pengobatan, & Pencegahannya
Cara Mengobati Jantung Bocor
Apakah jantung bocor bisa sembuh? Jawabannya bergantung pada jenis kebocoran, lokasi katup yang terdampak, serta tingkat keparahan kondisinya.
Pada sebagian pasien, kebocoran dapat diatasi dengan pengobatan dan prosedur medis, sementara pada kasus ringan bahkan bisa membaik dengan sendirinya.
Berikut adalah beberapa pilihan cara mengatasi jantung bocor:
1. Perbaikan Secara Alami pada Bayi
Gejala jantung bocor pada anak dan bayi dengan kebocoran jantung kecil yang tidak menimbulkan gejala berat, kebocoran kadang dapat menutup dengan sendirinya seiring pertumbuhan.
Meski begitu, pemantauan medis tetap sangat penting. Dokter biasanya merekomendasikan pemeriksaan rutin untuk memastikan perkembangan jantung anak tetap normal.
2. Obat-obatan
Meskipun tidak bisa memperbaiki katup yang bocor secara permanen, obat berperan besar dalam meringankan gejala dan mencegah komplikasi.
-
Diuretik sering diberikan untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh melalui urin, sehingga mengurangi pembengkakan dan sesak napas.
-
Obat lain, seperti antikoagulan atau obat untuk mengatur irama jantung, juga bisa diresepkan tergantung kondisi pasien.
3. Kateterisasi Jantung
Prosedur ini menjadi alternatif bagi pasien yang memiliki risiko tinggi jika harus menjalani operasi besar.
Dengan memasukkan kateter tabung tipis fleksibel melalui pembuluh darah, dokter dapat melakukan intervensi pada katup yang bermasalah.
Keunggulannya, sayatan yang dibuat sangat kecil sehingga pemulihan biasanya lebih cepat dibanding operasi terbuka.
4. Pembedahan Jantung
Jika kondisi kebocoran tergolong berat dan berpotensi mengancam nyawa, operasi jantung terbuka dapat menjadi pilihan.
Ada dua pendekatan utama:
-
Perbaikan katup dengan menambahkan alat khusus (annuloplasty ring) untuk memperkuat katup.
-
Penggantian katup dengan katup buatan, baik dari bahan sintetis (logam, karbon, polimer) maupun jaringan biologis.
Pada pasien dengan katup buatan sintetis, biasanya diperlukan terapi pengencer darah seumur hidup untuk mencegah penggumpalan darah.
5. Gaya Hidup Sehat sebagai Pendukung Terapi
Terlepas dari intervensi medis apa pun, hasil pengobatan tidak akan optimal jika pasien tidak menjaga kesehatan jantungnya sendiri.
Dokter sangat menganjurkan perubahan gaya hidup, antara lain:
-
Mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan garam.
-
Menghindari rokok serta alkohol.
-
Menjaga berat badan tetap ideal.
-
Berolahraga sesuai kemampuan fisik.
-
Tidur cukup dan mengelola stres.
Baca Juga: 20 Ciri-Ciri Penyakit Jantung, Sadari Sebelum Terlambat!
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda atau anggota keluarga menunjukkan gejala jantung bocor seperti sesak napas saat beraktivitas ringan, cepat lelah, pembengkakan pada kaki, atau detak jantung yang tidak teratur, segera lakukan pemeriksaan medis di Tzu Chi Hospital.
Gejala-gejala tersebut bisa menjadi tanda bahwa katup jantung tidak bekerja dengan baik dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Untuk kondisi mendesak, manfaatkan layanan IGD 24 Jam Tzu Chi Hospital yang siap memberikan pertolongan kapan pun dibutuhkan.
Anda juga bisa melihat jadwal praktik dokter melalui menu cari dokter atau langsung membuat janji temu lewat WhatsApp Call Center Tzu Chi Hospital.
Dengan dukungan dokter spesialis jantung berpengalaman, teknologi penunjang modern, serta pelayanan yang penuh empati, Tzu Chi Hospital berkomitmen membantu Anda menjaga kesehatan jantung dan menangani jantung bocor secara tepat.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh Dr. Hendra Simarmata, Sp.JP(K), FIHA
Referensi:
Mogre, S. (2024). Clinical Spectrum of Ventricular Septal Defect in Children in a Tertiary Care Hospital. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 16(10), 310-314.
Pub Med Central. Global, Regional, and National Epidemiology of Congenital Heart Disease in Children from 1990 to 2021.
Related Article
Artikel Populer

Omeprazole: Manfaat, Dosis, Cara Minum, & Efek Samping

Kanker Serviks: Gejala, Ciri-ciri, Diagnosis, dan Pengobatannya

Menu Diet Sehat 7 Hari untuk Turunkan BB tanpa Menyiksa Diri

10 Rumah Sakit Terbaik di Jakarta, Fasilitas & Layanan Unggulan
