Tindakan Medis & Terapi
Apa Itu Operasi Robotik (Robotic Surgery)? Ini Cara Kerja & Kelebihannya!

Ditulis Oleh
Admin TzuChi • 17 September 2025

Robotic surgery kini menjadi salah satu inovasi medis yang semakin dikenal dan diandalkan di Indonesia. Dengan dukungan teknologi canggih, robotic surgery memungkinkan tindakan medis dilakukan lebih presisi, luka minimal, dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
Tzu Chi Hospital hadir sebagai rumah sakit yang menghadirkan layanan operasi bedah robotik dengan standar internasional untuk memberikan hasil terbaik bagi pasien. Jika Anda penasaran terkait apa itu bedah robotik, simak penjelasan di artikel ini sampai habis!
Apa Itu Robotic Surgery?
Robotic surgery atau operasi bedah robotik adalah teknik operasi modern yang menggunakan robot bedah untuk membantu dokter melakukan tindakan medis dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Teknologi ini tak berarti membuat robot bekerja sendiri, melainkan dokter yang mengendalikan setiap gerakan robot melalui sistem komputerisasi. Dengan bantuan sistem Robotik, dokter dapat menjangkau area sulit dengan lebih mudah, stabil, dan risiko minimal.
Kelebihan Robotic Surgery
Pemilihan metode operasi sangat bergantung pada kondisi pasien, jenis penyakit, dan tujuan tindakan medis. Namun, hadirnya robotic surgery membawa lompatan besar dalam dunia bedah modern.
Selain menawarkan presisi yang lebih tinggi, hal ini juga memberikan dampak nyata bagi pasien, mulai dari luka yang lebih kecil, rasa nyeri minimal, hingga proses pemulihan yang lebih cepat.
Jika dibandingkan dengan teknik konvensional, robotic surgery terbukti memberikan banyak keunggulan. Visualisasi 3D berdefinisi tinggi dan lengan robotik yang fleksibel membantu dokter mengakses area yang sulit dengan aman, sekaligus menjaga jaringan sehat di sekitarnya tetap utuh.
Dari sisi pasien, teknologi ini juga mengurangi risiko komplikasi, memperpendek masa rawat inap, serta meningkatkan kepuasan estetika pascaoperasi.
Kekurangan Robotic Surgery
Meskipun robotic surgery memiliki banyak keunggulan, bukan berarti prosedur ini tanpa kelemahan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum pasien atau dokter memutuskan untuk menggunakan teknik ini:
Keterbatasan Akses dan Biaya
-
Ketersediaan terbatas: tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas robotik, karena alat ini membutuhkan teknologi canggih dan tim yang sudah terlatih khusus.
-
Biaya lebih tinggi: dibandingkan operasi konvensional atau laparoskopi biasa, biaya robotic surgery cenderung lebih mahal karena investasi alat, perawatan, dan pelatihan dokter.
Risiko Medis
-
Konversi ke operasi terbuka: dalam kondisi tertentu, misalnya adanya jaringan parut dari operasi sebelumnya, dokter mungkin harus menghentikan prosedur robotik dan beralih ke bedah terbuka.
-
Kegagalan teknis: malfungsi robot sangat jarang terjadi, tetapi tetap mungkin dan dapat menghambat jalannya operasi.
Faktor Pasien
-
Tidak semua pasien cocok: misalnya pada pasien dengan penyakit jantung berat, penyakit paru–paru berat atau kondisi medis tertentu, dokter bisa saja tidak merekomendasikan operasi robotik.
-
Proses evaluasi ketat: dokter perlu mempertimbangkan usia, riwayat penyakit, serta kebutuhan spesifik pasien sebelum menyetujui prosedur.
Baca juga: Operasi Robotik di Indonesia: Sejarah, Keuntungan, dan Regulasi
Penyakit yang Ditangani Robotic Surgery
Perlu diketahui juga bahwa teknologi robotic surgery bisa diaplikasikan pada berbagai bidang medis, terutama yang membutuhkan ketelitian tinggi. Berikut beberapa kondisi yang sering ditangani:
-
Bedah Umum/ Digestif seperti Hernia, Usus buntu (Apendektomi), Kantung Empedu (Kolesistektomi), Kanker Usus
-
OBGYN/ Kandungan seperti Mioma Rahim, Kista Ovarium (Kistektomi), Pengangkatan Rahim (Histerektomi), Pengangkatan Saluran Telur dan Ovarium (Salpingo-ooforektomi)
-
Urologi seperti Kanker Kelenjar Prostat, Kanker Kandung Kemih, Kanker Saluran Kemih, Kanker Ginjal, Kanker Anak Ginjal, Pembuatan Kandung Kemih Baru, Pengangkatan Kista Ginjal sampai Biopsi Kelenjar Prostat
Cara Kerja dan Komponen dalam Robotic Surgery
Robotic surgery melibatkan dua komponen utama, yakni komputer pengendali dan lengan robotik. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Komputer Pengendali (Surgeon Console)
Komputer ini digunakan oleh dokter bedah untuk memantau area yang akan dioperasi melalui layar monitor.
Dengan bantuan konsol yang menyerupai joystick, dokter dapat mengatur pergerakan lengan robotik, menyesuaikan fokus kamera, mengoperasikan berbagai instrumen bedah, serta memastikan ketepatan setiap gerakan lengan melalui panel kontrol.
2. Lengan robotik (Robotic Arm)
Lengan robotik berperan sebagai perpanjangan tangan dokter selama operasi. Perangkat ini dilengkapi kamera yang mampu menangkap citra 3 dimensi (3D) dari area bedah, serta instrumen khusus yang dibutuhkan untuk menjalankan prosedur operasi dengan presisi tinggi.
Salah satu lengan robot dilengkapi kamera endoskop beresolusi tinggi yang mampu menampilkan gambar 3D dengan pembesaran hingga 10-15 kali dan memberikan pandangan lebih jelas, detail dan realistik kepada dokter untuk mengidentifikasi jaringan tubuh dengan akurat.
Gerakan tangan, pergelangan, dan jari dokter di konsol kemudian ditransmisikan ke sistem komputer robot.
Teknologi ini mampu meminimalkan getaran tangan (hand tremor) dan memperbesar skala gerakan agar instrumen dapat bekerja dengan sangat presisi, bahkan pada area tubuh yang sempit sekalipun.
Lengan ini meniru pergerakan dokter, tetapi dengan fleksibilitas lebih tinggi dan jangkauan rotasi yang tidak bisa dilakukan tangan manusia.
Pemulihan Pasca Operasi dengan Robotic Surgery
Setelah operasi selesai, pasien umumnya dipindahkan ke ruang pemulihan untuk observasi. Sebagian besar pasien sudah dapat berjalan dalam 24 jam pertama pascaoperasi, meski lama rawat inap tetap bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan.
Secara umum, pasien dengan prosedur robotik membutuhkan waktu pemulihan lebih singkat dibandingkan bedah konvensional, rata-rata hanya 1–2 minggu untuk bisa kembali beraktivitas normal.
Lama Pemulihan
-
Rawat inap: 1–3 hari, tergantung kompleksitas operasi.
-
Mobilitas awal: bisa mulai berjalan sehari setelah operasi.
-
Kembali bekerja/aktivitas ringan: 1–2 minggu.
-
Aktivitas penuh/olahraga: biasanya 3–4 minggu, setelah mendapat izin dokter.
Hal yang Perlu Dihindari selama Pemulihan
Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk:
-
Tidak mengangkat beban berat hingga dokter mengizinkan.
-
Tidak melakukan olahraga intens atau aktivitas yang memberi tekanan pada area sayatan.
-
Tidak mengemudikan kendaraan saat masih mengonsumsi obat pereda nyeri, karena beberapa obat dapat menimbulkan kantuk.
-
Tidak menghentikan obat pereda nyeri tanpa instruksi dokter.
Potensi Efek Samping
Meskipun relatif aman, operasi robotik tetap memiliki risiko komplikasi yang mirip dengan operasi lain, seperti perdarahan, infeksi luka, reaksi alergi obat, atau sesak napas akibat emboli paru.
Segera hubungi dokter bila muncul gejala seperti:
-
Nyeri yang semakin berat meski sudah minum obat.
-
Demam tinggi atau menggigil.
-
Keluar cairan berbau/nanah dari luka operasi.
-
Perdarahan berlebihan dari area sayatan.
Baca juga: Masa Depan Robotic Surgery di Indonesia: Manfaat, Tantangan, & Perkembangannya
Layanan Robotic Surgery di Tzu Chi Hospital
Tzu Chi Hospital menghadirkan layanan robotic surgery tercanggih untuk penggantian lutut sekaligus dokter-dokter spesialis bersertifikat yang siap memberikan perawatan terbaik dengan penuh dedikasi.
Menjadi yang terdepan, Tzu Chi Hospital juga merupakan satu-satunya rumah sakit yang memiliki dua mesin robotic surgery, yaitu Robotic Laparoscopy dan Robotic Orthopaedic.
Keunggulan Robotic Surgery di Tzu Chi Hospital
-
Teknologi robot bedah terkini dengan visualisasi 3D dan presisi tinggi.
-
Tim dokter spesialis berpengalaman dan tersertifikasi di bidang robotic surgery.
-
Proses pemulihan lebih cepat, nyaman, dan minim risiko komplikasi.
-
Layanan kesehatan yang mengutamakan empati dan ketulusan.
Dokter Spesialis Bersertifikat Robotic Surgery di Tzu Chi Hospital
Daftar dokter bersertifikat robotic surgery di Tzu Chi Hospital:
-
Dr. Andri Hondir, Sp.OG: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
-
Dr. Christian Wijaya Woen, Sp.OG: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
-
Dr. Gregorius Alan Goni, Sp.OG: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
-
Dr. Hendrik Sutopo Lidapraja, M.Biomed, Sp.OG: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
-
Dr. Maria Ratna, Sp.OG: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
-
Dr. Raissa Liem, B.Med.Sc, Sp.OG, M.M, M.A.R.S: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
-
Dr. Stevano Sipahutar, Sp.U, FICRS: Dokter Spesialis Urologi
-
Dr. Firdianto, Sp.U: Dokter Spesialis Urologi
-
DR. Dr. Johannes Canisius Prihadi, Sp.U (K), MPH: Dokter Spesialis Urologi Konsultan Trauma dan Rekonstruksi Urologi.
-
DR. Dr. Barlian Sutedja, Sp.B: Dokter Spesialis Bedah Umum
-
Dr. Sujianta Kartadinata, Sp.B, Subsp.BD (K): Konsultan Bedah Digestif
-
Dr. Anthony Pratama, Sp.B, M.Kes, AIFO: Dokter Spesialis Bedah Umum
-
Dr. Ida Bagus Darmasusila, Sp.B, FINACS, FICS: Dokter Spesialis Bedah Umum
Segera hubungi kami via WhatsApp untuk menjadwalkan janji temu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh Dr. Anthony Pratama, Sp.B, M.Kes, AIFO
Referensi:
Artificial intelligence: revolutionizing robotic surgery: review
The rise of robotics and AI-assisted surgery in modern healthcare - PMC